Jakarta, FORTUNE - Apartemen sempat menjadi incaran para pemburu cuan, tapi kini mulai ditinggalkan sebagai sarana investasi. Senior Associate Director Colliers Indonesia, Ferry Salanto menyatakan bahwa fenomena ini terjadi karena imbal hasil (yield) yang terus menyusut setiap tahun. Selain itu, tingkat likuiditas yang rendah, membuat banyak investor beralih ke instrumen investasi lain yang dianggap lebih menjanjikan.
Berdasarkan laporan Colliers Indonesia, pasar apartemen pada kuartal I-2025 didominasi oleh pembeli pribadi (end user) dengan porsi sebesar 56 persen, sedangkan investor hanya menyumbang 44 persen dari total pembelian unit.
“Pemicunya adalah apartemen itu tidak terlalu seksi lagi sebagai instrumen investasi karena yield yang diberikan itu memang tidak terlalu menarik dibandingkan instrumen investasi di sektor keuangan. Kalau kita lihat yield untuk government bond yang 10 tahun ataupun dari deposito ya, itu memang secara umum dia [apartemen] di bawah yield-nya,” ujar Ferry dalam media briefing secara virtual, Rabu (9/7).
Di Jakarta, harga apartemen pun cenderung stagnan sejak 2019. Di kawasan Central Business District (CBD), harga jual berada di kisaran Rp50 juta per meter persegi, sementara di Jakarta Selatan menyentuh Rp40 juta, dan di luar itu masih di bawah Rp30 juta. Hingga semester I-2025, penyerapan unit apartemen juga belum menyentuh angka 2.000 unit.
Kondisi ini diperparah dengan pasar sewa yang belum pulih. Ferry menyebut, mayoritas penyewa yang umumnya ekspatriat, lebih memilih tinggal di wilayah-wilayah tertentu saja, seperti kawasan CBD dan Jakarta Selatan. Di CBD, tingkat okupansi apartemen sewa berada di kisaran 60 persen dengan harga sewa Rp450.000–Rp500.000 per meter persegi. Adapun di Jakarta Selatan okupansinya sekitar 55 persen dengan tarif sedikit di bawah angka tersebut.
“Untuk di daerah-daerah lain yang memang mereka itu memang tergantung sekali dengan local market, ini memang pasar sewanya belum terlalu pulih, sehingga yang memiliki atau yang memegang unit apartemen di beberapa daerah itu sewanya belum baik, tapi tetap ada biaya utilitas atau biaya operasional yang terus mereka harus bayarkan,” ujar Ferry.