Jakarta, FORTUNE – Presiden Prabowo Subianto mengarahkan dilakukannya langkah efisiensi anggaran dalam skala besar guna mendukung berbagai agenda prioritas pemerintah, salah satunya program makan bergizi gratis (MBG). Kebijakan tersebut tertuang dalam Instruksi Presiden (Inpres) Nomor 1 Tahun 2025 yang resmi diterbitkan pada Rabu (22/1). Dalam instruksi itu, pemerintah menargetkan penghematan anggaran hingga Rp306,6 triliun, mencakup tingkat pusat maupun daerah. Perinciannya, efisiensi belanja pada Kementerian/Lembaga (K/L) dipatok sebesar Rp256 triliun, sementara dari pos transfer ke daerah dipangkas Rp50 triliun. Skala pemotongan yang besar ini otomatis akan berdampak pada banyak K/L.
Kementerian Perhubungan (Kemenhub) dan Kementerian Pekerjaan Umum (PU) termasuk yang akan terkena pemangkasan cukup tajam. Untuk sektor transportasi, anggaran Kemenhub harus dikurangi sekitar Rp17,9 triliun—dari Rp31,5 triliun hanya tersisa Rp5,7 triliun. Pemotongan tersebut meliputi subsidi angkutan kargo, layanan pelayaran perintis, penerbangan perintis, hingga subsidi perkeretaapian.
Adapun Kementerian PU diproyeksikan mengalami pengurangan anggaran dari Rp110,9 triliun menjadi Rp29,6 triliun. Dengan dana yang jauh berkurang, pelaksanaan program infrastruktur strategis—seperti Instruksi Presiden Jalan Daerah (IJD)—terancam tersendat. Padahal, program tersebut dinilai penting untuk meningkatkan kualitas sarana jalan sekaligus mempercepat pembangunan di daerah.
Kebijakan pemangkasan ini pun memunculkan kekhawatiran akan menurunnya mutu layanan publik. Akademisi Prodi Teknik Sipil Unika Soegijapranata sekaligus Wakil Ketua Pemberdayaan dan Pengembangan Wilayah MTI Pusat, Djoko Setijowarno, menilai Program Makan Bergizi Gratis (MBG) patut didukung, tetapi pelaksanaannya harus bijak. Ia menekankan, program ini tidak seharusnya mengorbankan sektor vital lain seperti infrastruktur, transportasi, kesehatan, pendidikan, dan keselamatan publik.
“Program MBG adalah inisiatif yang patut didukung, namun pelaksanaannya perlu bijaksana. Anggaran program ini sebaiknya tidak memangkas dana penting dari kementerian atau lembaga lain yang juga krusial untuk mencapai Indonesia Emas 2045. Oleh karena itu, Program MBG dapat berjalan beriringan dengan program-program layanan publik dasar seperti keselamatan, transportasi, kesehatan, pendidikan, dan infrastruktur. Jangan sampai salah satu harus dikorbankan,” ujarnya, kepada Fortune Indonesia, Senin (8/9).
Dalam RAPBN 2026, MBG ditempatkan sebagai program utama dengan anggaran Rp335 triliun. Program ini disejajarkan dengan ketahanan pangan (Rp164,4 triliun), ketahanan energi (Rp402,4 triliun), perumahan, serta pertahanan dan keamanan (Rp425 triliun). Sementara pendidikan (Rp575,8 triliun) dan kesehatan (Rp244 triliun) hanya ditempatkan sebagai program pendukung.
Djoko mengingatkan bahwa keberlanjutan infrastruktur dan transportasi yang berkeselamatan adalah fondasi penting menuju Indonesia Emas 2045. Tanpa dukungan infrastruktur dasar, kata dia, program utama pemerintah akan sulit berjalan optimal. “Daerah miskin sering kali memiliki aksesibilitas yang sangat buruk akibat minimnya infrastruktur dan transportasi umum yang memadai. Tanpa elemen-elemen ini, daerah tersebut akan sulit keluar dari kemiskinan, bahkan mengalami inflasi tinggi dan stagnasi ekonomi,” ujarnya.