Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
For
You

Pengusaha Minta Insentif dan Deregulasi Elektronik-Furnitur ke Purbaya

ilustrasi di toko mebel (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
ilustrasi di toko mebel (pexels.com/Tima Miroshnichenko)
Intinya sih...
  • Industri furnitur nasional baru berkontribusi sekitar US$2,5 miliar dari pasar dunia yang mencapai US$300 miliar.
  • Pemerintah diminta untuk memberikan perhatian serius pada pengembangan teknologi dan tenaga kerja pada sektor elektronik dan UMKM pada sektor furnitur.
Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE - Ketua Umum Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, Anindya Bakrie, dan sejumlah anggota organisasi tersebut menyambangi Kementerian Keuangan untuk membahas insentif dan deregulasi bagi sektor elektronik dan furnitur.

Pertemuan tersebut digelar karena kedua sektor ini dinilai memiliki potensi pasar global sangat besar, tapi kontribusi Indonesia masih jauh di bawah kapasitas.

Anindya menjelaskan bahwa pasar furnitur dunia mencapai sekitar US$300 miliar. Masalahnya, Indonesia baru menyumbang sekitar US$2,5 miliar. Padahal, menurutnya, industri furnitur nasional tengah tumbuh cukup sehat.

“Yang menjadi perhatian adalah surplus perdagangan yang mengecil akibat impor yang semakin deras masuk ke dalam negeri,” kata dia usai melakukan pertemuan dengan Menteri Keuangan, Purbaya Yudhi Sadewa, di Kementerian Keuangan, Jakarta, Jumat (19/12).

Pelaku industri mendorong adanya pendanaan berbunga rendah sekaligus dukungan industrialisasi bahan baku seperti rotan, mengingat 85 persen pasokan rotan dunia berasal dari Indonesia.

Pengusaha juga membahas strategi menghadapi dinamika pasar Amerika Serikat, yang menyerap hampir 60 persen ekspor furnitur Indonesia.

Sektor elektronik turut menjadi sorotan karena Indonesia mulai masuk ke rantai industri semikonduktor. Menurut Anindya, hilirisasi dari silikon hingga komponen semikonduktor telah mulai berkembang, tapi kekurangan insinyur masih menjadi hambatan.

“Kami berdiskusi mengenai kerja sama dengan LPDP dan institusi terkait agar Indonesia dapat memperkuat tenaga ahli, sehingga industri kita tidak hanya padat karya tetapi juga bernilai tambah tinggi,” kata Anindya.

Perwakilan asosiasi mebel dan kerajinan menekankan kebutuhan paling mendesak: pendanaan dengan volume lebih besar.

Saat ini fasilitas LPEI hanya menyediakan sekitar Rp200 miliar, sementara pelaku industri berharap angkanya ditingkatkan hingga Rp16 triliun demi mengejar target ekspor US$6 miliar.

Ketua Umum Apindo, Shinta Kamdani, yang turut hadir dalam pertemuan tersebut, menyatakan pemerintah perlu memberi perhatian serius pada pengembangan teknologi dan tenaga kerja, terutama bagi industri elektronik yang sedang bersiap masuk ke semikonduktor.

“Industri ini butuh skill tinggi dan R&D yang besar. Jadi, kita bicara kemungkinan kerja sama teknologi, pelatihan, dan bagaimana pemerintah bisa hadir melalui insentif agar investasi dan pengembangan bisa berjalan,” ujarnya.

Shinta mengatakan penguatan UMKM pada sektor furnitur juga wajib menjadi agenda prioritas, mengingat sebagian besar industri tersebut digerakkan oleh pelaku usaha kecil.

Menurutnya, selain pembiayaan, UMKM membutuhkan ekosistem yang memadai agar bisa memanfaatkan peluang pasar global.

“Kesempatan ekspor sebenarnya terbuka melalui berbagai perjanjian dagang. Tantangannya adalah bagaimana UMKM bisa benar-benar memanfaatkan ini. Di sinilah peran Kementerian Keuangan menjadi sangat penting,” ujarnya.

 

Share
Editor’s Picks
Topics
Editorial Team
Bonardo Maulana
EditorBonardo Maulana
Follow Us

Latest in News

See More

Apa Perbedaan Penghitungan UMP Baru dan Lama? Ini Kata Menaker

19 Des 2025, 16:17 WIBNews