Jakarta, FORTUNE — Arus investasi asing(foreign direct investment/FDI) ke Indonesia menunjukkan tanda perlambatan. Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi penanaman modal asing (PMA) pada kuartal III-2025 mencapai Rp212 triliun, turun 8,87 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp232,65 triliun.
Penurunan ini menjadi yang terdalam sejak kuartal I-2020, atau ketika pandemi Covid-19 pertama kali mengguncang perekonomian global. Tren pelemahan telah terlihat sejak kuartal II-2025 saat PMA turun 6,9 persen.
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan P. Roeslani, menjelaskan gejolak ekonomi global menjadi penyebab utama penurunan aliran modal asing tersebut. Namun, di tengah pelemahan FDI, ia menegaskan investasi domestik justru tumbuh lebih cepat, menandakan kekuatan ekonomi dalam negeri yang kian solid.
“Ini bisa kita lihat dari dua sisi. Memang investasi dalam negerinya tumbuh lebih cepat karena hal-hal yang positif, atau bisa juga karena investasi dari luar negeri yang melambat,” kata Rosan dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (17/10).
Dari sisi sektor, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya masih menjadi kontributor terbesar dengan nilai US$3,5 miliar, atau sekitar 26,4 persen dari total PMA.
Sektor lainnya yang turut menopang realisasi investasi asing pada kuartal III-2025 adalah jasa lainnya sebesar US$1,2 miliar (8,9 persen), pertambangan sebesar US$1,1 miliar (8,2 persen), serta industri kimia dan farmasi dengan nilai yang sama, yaitu US$1,1 miliar (8,1 persen).
Sementara itu, transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi mencatatkan investasi US$0,8 miliar (5,8 persen). Dari sisi negara asal, Singapura, Hong Kong, dan Cina tetap menjadi tiga besar investor asing di Indonesia.
Meski investasi asing melambat, Rosan menegaskan pemerintah tetap berupaya menjaga daya saing iklim investasi Indonesia. Salah satu langkah yang terus diperkuat adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yang kini menjadi salah satu faktor utama pertimbangan investor.
“Investor asing tidak hanya melihat stabilitas dan kepastian hukum, tapi juga ketersediaan SDM. Oleh karena itu, kami terus mendorong penguatan kapasitas talenta lokal,” kata Rosan.
Ia menyatakan pemerintah, melalui program magang BUMN dan pelatihan di Danantara, terus menyiapkan tenaga kerja terampil agar dapat memenuhi kebutuhan industri, terutama pada sektor manufaktur dan teknologi hijau.