Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
antarafoto-forum-1-tahun-pemerintahan-prabowo-gibran-1760680900.jpg
Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Rosan Roeslani menyampaikan paparan pada forum 1 Tahun Prabowo–Gibran: Optimism on 8% Economic Growth di Jakarta, Kamis (16/10). ANTARA FOTO/Dhemas Reviyanto

Intinya sih...

  • Realisasi investasi asing di Indonesia turun 8,87 persen secara tahunan pada kuartal III-2025.

  • Sektor industri logam dasar dan barang logam masih menjadi kontributor terbesar investasi asing.

  • Pemerintah dorong investasi energi hijau dan non-mineral untuk menarik kembali minat investor.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE — Arus investasi asing(foreign direct investment/FDI) ke Indonesia menunjukkan tanda perlambatan. Kementerian Investasi dan Hilirisasi/Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) melaporkan realisasi penanaman modal asing (PMA) pada kuartal III-2025 mencapai Rp212 triliun, turun 8,87 persen secara tahunan (year-on-year/YoY) dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya yang sebesar Rp232,65 triliun.

Penurunan ini menjadi yang terdalam sejak kuartal I-2020, atau ketika pandemi Covid-19 pertama kali mengguncang perekonomian global. Tren pelemahan telah terlihat sejak kuartal II-2025 saat PMA turun 6,9 persen.

Menteri Investasi dan Hilirisasi/Kepala BKPM, Rosan P. Roeslani, menjelaskan gejolak ekonomi global menjadi penyebab utama penurunan aliran modal asing tersebut. Namun, di tengah pelemahan FDI, ia menegaskan investasi domestik justru tumbuh lebih cepat, menandakan kekuatan ekonomi dalam negeri yang kian solid.

“Ini bisa kita lihat dari dua sisi. Memang investasi dalam negerinya tumbuh lebih cepat karena hal-hal yang positif, atau bisa juga karena investasi dari luar negeri yang melambat,” kata Rosan dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (17/10).

Dari sisi sektor, industri logam dasar, barang logam, bukan mesin dan peralatannya masih menjadi kontributor terbesar dengan nilai US$3,5 miliar, atau sekitar 26,4 persen dari total PMA.

Sektor lainnya yang turut menopang realisasi investasi asing pada kuartal III-2025 adalah jasa lainnya sebesar US$1,2 miliar (8,9 persen), pertambangan sebesar US$1,1 miliar (8,2 persen), serta industri kimia dan farmasi dengan nilai yang sama, yaitu US$1,1 miliar (8,1 persen).

Sementara itu, transportasi, pergudangan, dan telekomunikasi mencatatkan investasi US$0,8 miliar (5,8 persen). Dari sisi negara asal, Singapura, Hong Kong, dan Cina tetap menjadi tiga besar investor asing di Indonesia.

Meski investasi asing melambat, Rosan menegaskan pemerintah tetap berupaya menjaga daya saing iklim investasi Indonesia. Salah satu langkah yang terus diperkuat adalah peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM), yang kini menjadi salah satu faktor utama pertimbangan investor.

“Investor asing tidak hanya melihat stabilitas dan kepastian hukum, tapi juga ketersediaan SDM. Oleh karena itu, kami terus mendorong penguatan kapasitas talenta lokal,” kata Rosan.

Ia menyatakan pemerintah, melalui program magang BUMN dan pelatihan di Danantara, terus menyiapkan tenaga kerja terampil agar dapat memenuhi kebutuhan industri, terutama pada sektor manufaktur dan teknologi hijau.

Dorong investasi energi hijau dan non-mineral

Dalam upaya menarik kembali minat investor, pemerintah juga mulai memperluas komunikasi dan kerja sama dengan berbagai negara, termasuk negara-negara Timur Tengah. Rosan mengatakan potensi investasi pada sektor energi baru dan terbarukan (EBT) menjadi salah satu fokus utama pembicaraan terbaru dengan mitra dari kawasan tersebut.

“Kami sudah mengidentifikasi sejumlah proyek dan mulai berdiskusi intens dengan beberapa BUMN dan sektor swasta untuk berinvestasi di bidang new renewable energy. Potensi kita besar, tapi perlu percepatan kebijakan agar lebih menarik bagi investor,” ujarnya.

Selain itu, pemerintah juga tengah mengembangkan peluang investasi non-mineral, seperti pada sektor kehutanan dan kelautan, yang diharapkan dapat mendorong pertumbuhan ekonomi inklusif.

“Tahun depan, kami akan mulai mengerjakan proyek besar di sektor kelautan. Tujuannya bukan hanya ekonomi, tapi juga meningkatkan taraf hidup nelayan dan keluarganya,” kata Rosan.

Meski arus investasi asing saat ini melambat, Rosan tetap menjaga optimisme. Ia berharap ke depan FDI bisa kembali meningkat seiring perbaikan kondisi global dan penguatan fundamental ekonomi domestik.

“Harapannya, FDI ini bisa terus meningkat dari tahun ke tahun,” ujarnya.

Secara keseluruhan, realisasi investasi Indonesia pada kuartal III-2025 mencapai Rp491,4 triliun, tumbuh 13,9 persen dibandingkan dengan periode sama pada tahun lalu.

Dari total tersebut, PMA berkontribusi Rp212 triliun, sementara penanaman modal dalam negeri (PMDN) mencapai Rp279,4 triliun. Aktivitas investasi ini juga menyerap sekitar 696.478 tenaga kerja pada berbagai sektor.

Jika dihitung sejak awal tahun, total investasi sepanjang Januari hingga September 2025 telah mencapai Rp1.434,3 triliun, atau 75,3 persen dari target nasional tahun ini yang ditetapkan Rp1.905,6 triliun.

Capaian tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan periode sama pada tahun sebelumnya yang mencapai Rp1.261,43 triliun.

Editorial Team