Jakarta, FORTUNE – Seiring dengan meningkatnya desakan untuk meredam dampak perubahan iklim, dorongan untuk menjalankan praktik ekonomi hijau kian mengemuka. Namun, masalahnya, ekonomi hijau tak sejalan dengan kesadaran masyarakat akan kesetaraan gender. Padahal keduanya sama-sama menjadi bagian dari tujuan pengembangan berkelanjutan (Sustainable Development Goals/SDGs).
Menyitir Fortune.com (19/11), sejumlah peneliti mengadakan studi tentang siapa yang akan lebih diuntungkan oleh keberadaan ekonomi hijau dilihat dari kacamata kesetaraan gender. Studi ini pun didasarkan atas berbagai temuan yang didapatkan Boston Consulting Group (BCG).
Secara umum, penelitian ini menunjukkan bahwa ekonomi hijau akan menghadirkan sejumlah peluang besar dan berpotensi meningkatkan kemakmuran. Sayangnya, dilihat dari tingkat kesetaraan gender, perempuan diprediksi akan kehilangan banyak. Sebab, 75 persen pekerjaan ramah lingkungan pada 2030 akan dikuasai oleh kaum pria.