SHARIA

BI: Keterbatasan Akses pembiayaan Jadi Tantangan Ekonomi Syariah

Sektor unggulan eksyar RI tumbuh 3,9% di triwulan I.

BI: Keterbatasan Akses pembiayaan Jadi Tantangan Ekonomi SyariahGubernur BI Perry Warjiyo/Youtube Ministry of Finance Republic of Indonesia

by Desy Yuliastuti

25 August 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Gubernur Bank Indonesia (BI) Perry Warjiyo menilai keterbatasan akses pembiayaan komersial maupun sosial menjadi salah satu tantangan ekonomi syariah di Indonesia. Demikian disampaikan dalam The 6th Annual Islamic Finance Conference secara daring, Rabu  (24/8).

Tak hanya itu, akses pasar yang terbatas juga menjadi tantangan. Khususnya ke pasar ritel modern dan pasar global, hubungan yang terbatas dengan perusahaan besar termasuk perusahaan perdagangan, serta pemenuhan standardisasi, termasuk standardisasi produk dan sertifikasi halal.

"Kita perlu bersama-sama meningkatkan peran ekonomi syariah khususnya UMKM, termasuk pondok pesantren, dalam menghadapi tantangan ini," ujar Gubernur BI Perry Warjiyo.

Solusi keterbatasan akses pembiayaan

Gubernur Perry mengatakan berdasarkan pengalaman BI, untuk mengatasi keterbatasan akses pembiayaan pada ekonomi syariah, model perlu dikembangkan keuangan Islami melalui perpaduan pembiayaan sosial dan keuangan komersial.

Adapun pembiayaan sosial meliputi zakat, infak, sedekah, dan wakaf. Sementara pembiayaan komersial berupa pembiayaan dari perbankan maupun sektor keuangan.

Menurutnya, skema pembiayaan campuran antara sosial dan komersial sangat menjanjikan, karena biayanya akan lebih efisien dan menguntungkan akibat suku bunganya lebih murah dibandingkan pembiayaan yang hanya berasal dari perbankan konvensional saja.

"Maka dari itu skema pembiayaan campuran ini sangat penting dalam menghadapi tantangan ekonomi syariah di dalam negeri," katanya, menegaskan.

Selain itu ia menyebutkan mempromosikan ekonomi dan keuangan syariah juga penting dalam menghadapi tantangan yang ada, khususnya dengan memberdayakan dan menciptakan model unit bisnis ekonomi UMKM. Peran digitalisasi pun turut diperlukan untuk mengembangkan proyek UMKM termasuk pondok pesantren, terutama untuk memberikan pembiayaan agar lebih mudah diberikan ke berbagai sektor.

Ekonomi syariah RI terus tumbuh

Perry menyebutkan sektor unggulan ekonomi syariah Indonesia menciptakan kemajuan luar biasa dari rantai nilai halal dan terus berada di jalur pemulihan, sehingga mampu tumbuh 3,9 persen secara tahunan (year-on-year/yoy) pada triwulan I 2022.

Adapun sektor unggulan yang dimaksud yakni pertanian, makanan halal, busana muslim, serta pariwisata ramah muslim. Keempat sektor tersebut pun sebelumnya sudah tumbuh sebesar 2,1 persen (yoy) pada 2021.

"Dengan begitu ekonomi syariah berperan lebih besar dalam pemulihan ekonomi nasional," katanya.

Ia menuturkan perkembangan ekonomi syariah di Indonesia dan seluruh dunia tumbuh sangat pesat serta memberikan kontribusi yang signifikan bagi perkembangan ekonomi di Tanah Air.

Perkembangan pesat tersebut salah satunya terlihat di sektor ekonomi dalam industri halal yang telah menunjukkan kemajuan luar biasa melalui keempat sektor unggulan ekonomi syariah.

Dia menambahkan, bisnis syariah juga meliputi pertumbuhan UMKM dan pembangunan ekonomi pondok pesantren.Menurutnya  terdapat 30 ribu pesantren di seluruh Indonesia yang telah mengembangkan model bisnis syariah.

"Mereka tidak hanya mendukung pendidikan, tetapi juga menciptakan kesempatan bagi para siswa untuk belajar dan memiliki pengalaman dalam bisnis serta kewirausahaan," tutur Perry.

Ke depannya, diharapkan seluruh pihak perlu bersama-sama meningkatkan peran ekonomi syariah di Indonesia, khususnya UMKM dan pondok pesantren, lantaran masih terdapat berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi.