Ancaman Badai Matahari pada Jaringan Internet Bumi

Intensitas efek kosmik badai matahari padamkan listrik.

Ancaman Badai Matahari pada Jaringan Internet Bumi
Ilustrasi Badai Matahari. (ShutterStock/Naeblys)
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Internet adalah kemajuan teknologi yang perlahan menjadi kebutuhan hidup manusia sehari-hari. Mulai mencari informasi melalui ponsel pintar, rapat virtual dalam pekerjaan, memanjakan diri dengan hiburan, bahkan berkomunikasi dan mencari jodoh, semua dilakukan dalam jaringan internet. 

Begitu cepatnya perkembangan teknologi mengiringi kelekatan manusia pada internet. Hingga akhirnya, kini seolah manusia tidak bisa menjalani kehidupan tanpa keberaaan internet. Namun, pernahkan kita berpikir tentang apa yang akan terjadi bila seluruh jaringan internet di dunia turun atau bahkan mati total. Beberapa ahli menyebut ini sebagai kiamat internet.

Dilansir dari Live Science (6/9), Asisten Profesor dari University of California, Irvine, Amerika Serikat, Sangeetha Abdu Jyothi, melaporkan hasil studi yang berjudul "Solar Superstorms: Planning for an Internet Apocalypse" dalam konferensi komunikasi data SIGCOMM 2021.

Penelitian baru ini mendapati jaringan internet di bumi dapat padam selama beberapa pekan atau bahkan berbulan-bulan. Hal ini disebabkan fenomena badai matahari berskala besar yang mengancam kehidupan manusia modern dengan kebergantungannya kepada internet.

Jyothi mengatakan bahwa infrastruktur bumi tidak siap untuk peristiwa matahari skala besar. "Apa yang benar-benar membuat saya berpikir tentang ini adalah bahwa dengan pandemi kita melihat betapa tidak siapnya dunia. Tidak ada protokol untuk menanganinya secara efektif, dan itu sama dengan ketahanan internet," katanya.

Badai matahari yang mengancam

Aurora.(ShutterStock/Petri Jauhiainen)

Badai matahari memang tidak sering dibicarakan seperti badai topan atau tsunami yang mengancam hidup manusia di bumi secara langsung. Fenomena alam ini bahkan tidak dianggap sebagai ancaman fisik bagi manusia. Namun, badai matahari dapat mengancam berbagai perangkat berdaya listrik di planet tempat tinggal manusia.

Live Science menuliskan bahwa matahari selalu menghujani bumi dengan kabut partikel magnet yang dikenal sebagai angin matahari. Selama ini, perisai magnet bumi masih mampu untuk menghalangi angin matahari merusak bumi dan segala isinya. Hasilnya, partikel-partikel tersebut meluncur ke kutub bumi dan menghadirkan pancaran cahaya menyala-nyala pada lapisan ionosfer yang meyerupai tirai berwarna-warni dan kita kenal dengan sebutan Aurora.

Dalam jumlah biasa, fenomena alam ini memang indah. Namun, kadang dalam kurun waktu setiap abad atau lebih, angin ini dapat membesar dan menjadi sebuah badai. Intensitas efek kosmik badai matahari inilah yang mengakibatkan serangkaian pemadaman listrik yang meluas di seluruh penjuru bumi.

Badai matahari memang tidak membahayakan manusia secara fisik, tetapi berdampak pada mesin, perangkat, dan pencatu daya yang punya basis listrik dan elektronik. Dampaknya dapat dirasakan cukup besar di hampir semua industri, termasuk pada akses internet.

Dampak parah yang dihasilkan

Ilustrasi badai magnetik. (ShutterStock/Nightman1965)

Hasil studi tentang ini mengungkapkan bahwa salah satu yang terdampak bila badai matahari terjadi adalah kabel internet bawah laut. Kabel ini dilengkapi dengan repeater untuk meningkatkan sinyal optik, dengan jarak sekitar 30-90 mil atau 50-150 kilometer.

Tertulis dalam makalah studi Jyothi, repeater ini rentan terhadap arus geomagnetik seperti yang terkandung dalam badai matahari. Oleh sebab itu, bila terhantam badai ini, seluruh kabel menjadi tidak berguna, sekalipun hanya satu repeater yang offline.

Menurut Jyothi, jika cukup banyak kabel bawah laut yang gagal, maka komunikasi seluruh benua dapat terputus satu sama lain. Terlebih lagi, negara-negara di garis lintang tinggi, seperti Amerika Serikat maupun Inggris yang jauh lebih rentan terhadap cuaca matahari daripada negara-negara di garis lintang lebih rendah.

Walau demikian, koneksi internet lokal dan regional cenderung berisiko rendah untuk rusak, karena kabel serat optik itu sendiri tidak terpengaruh oleh arus yang diinduksi secara geomagnetik.

Pada masa yang serba digital ini, putus koneksi internet dapat berarti “kiamat”. Hingga kini, belum bisa diprediksi berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memperbaiki pemadaman internet berskala besar. Menurut tulisan di Live Science masalah internet ini bahkan dapat membuat jutaan orang kehilangan mata pencaharian.

"Dampak ekonomi dari gangguan Internet selama sehari di AS diperkirakan lebih dari US$7 miliar. Bagaimana jika jaringan tetap tidak berfungsi selama berhari-hari atau bahkan berbulan-bulan?" kata Abdu Jyothi dalam makalahnya.

Beberapa peristiwa badai matahari yang pernah terjadi

Ilustrasi Badai Matahari.(ShutterStock/Lia Koltyrina)

Live Science menuliskan, badai matahari terbesar terjadi pada 1859 dan dikenal sebagai peristiwa Carrington. Pada saat itu aurora yang biasanya terlihat di dekat kutub bumi, tampak jelas di wilayah Kolombia. Gangguan geomagnetik pada masa itu terjadi cukup parah sehingga kabel telegraf yang menjadi alat komunikasi pada masa itu pun terbakar.

Selanjutnya, badai matahari pada tahun 1921 dan badai yang lebih kecil pada Maret 1989. Badai matahari ini membuat seluruh provinsi Quebec, Kanada padam selama sembilan jam.

Begitu besarnya dampak badai matahari di masa lalu, tentu menjadi gambaran tentang apa yang akan terjadi saat badai matahari melanda di jaman yang serba digital ini. Abdu Jyothi, melalui studinya, mencoba menunjukkan dengan tepat kerentanan terbesar dalam infrastruktur itu.

Walau jarang terjadi, para ilmuwan memperkirakan kemungkinan cuaca luar angkasa ekstrem yang berdampak langsung ke Bumi antara 1,6 persen hingga 12 persen di tiap dekade. Menurut Jyothi, operator jaringan harus mulai menganggap serius ancaman cuaca matahari yang ekstrem karena infrastruktur internet global terus berkembang.

Jyothi menyarankan unntuk meletakkan lebih banyak kabel di garis lintang yang lebih rendah. Seperti halnya mengembangkan tes ketahanan yang berfokus pada efek kegagalan jaringan skala besar. Menurutnya, manusia di bumi hanya memiliki waktu sekitar 13 jam untuk mempersiapkan kedatangan badai matahari besar berikutnya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Pialang Adalah: Pengertian, Tugas, dan Cara Kerjanya
Lima Anak Bernard Arnault Jadi Direksi, Penerus LVMH Diragukan
Daftar Produk Paling Laris Dibeli di Tokopedia dan Tiktok Saat Ramadan
Pelaku Usaha dan UMKM Kini Bisa Daftar Sertifikasi Halal Lewat Shopee
Rupiah Tertekan ke Rp16.217 per US$ Usai Data PDB AA Dirilis
Peluang Rebound IHSG Terbuka, Didukung Kebijakan Suku Bunga