Sony Layak Ketar-Ketir dengan Akuisisi Microsoft atas Activision

Sony dan Microsoft bakal bersaing dalam penjualan gim.

Sony Layak Ketar-Ketir dengan Akuisisi Microsoft atas Activision
Kantor Sony Interactive Entertainment (SIE) di Silicon Valley; SIE Inc, bagian dari Sony Corporation, menangani pengembangan perangkat keras dan perangkat lunak Playstation. Shutterstock/Sundry Photography
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan teknologi dan barang elektronik konsumen, Sony Group, mengalami kemerosotan harga saham 13 persen di bursa Tokyo usai akuisisi jumbo Microsoft terhadap Activision Blizzard. Menurut Fortune.com, penurunan tersebut merupakan yang terbesar sejak 2008. 

“Jatuhnya saham menggambarkan investor khawatir bahwa Sony mungkin tidak dapat terus unggul,” kata analis dari Morningstar, Kazunori Ito. Jenama hiburan, seperti Sony PlayStation dan Microsoft Xbox, saat ini menghasilkan sebagian besar uangnya dengan menjual gim alih-alih konsol.

Microsoft, raksasa teknologi Amerika Serikat (AS), mengumumkan rencana akuisisi jumbo terhadap Activision Blizzard, pembuat gim Call of Duty dan Warcraft, sebesar US$68,7 miliar atau sekitar Rp978,98 triliun. Akuisisi dilakukan terhadap berbagai waralaba gim ikonik dari Activision Blizzard.

Kesepakatan itu kemungkinan bakal membuat Microsoft menjadi salah satu pemain utama industri gim, dan mempercepat ikhtiarnya membangun metaverse, sebuah ruang virtual di mana orang-orang dapat bersosiasilasi, berbelanja, dan bermain gim. Akuisisi perusahaan teknologi itu juga bakal dapat menjadi yang termahal dalam sejarah.

“Mereka pada dasarnya mencoba membangun monster," ujar Serkan Toto, pendiri konsultan Kantan Games di Tokyo, kepada Reuters. "Saya tidak berpikir Microsoft menghabiskan U$70 miliar untuk menjadi penyedia perangkat lunak untuk platform Sony."

Sementara itu, Microsoft mengeklaim bakal menjadi perusahaan gim terbesar ketiga di dunia berdasarkan pendapatan usai transaksi akuisisi rampung, menyusul Tencent (perusahaan teknologi asal Tiongkok) dan Sony.

“Gim adalah kategori paling dinamis dan menarik dalam hiburan di semua platform saat ini dan akan memainkan peran kunci dalam pengembangan platform metaverse,” kata Satya Nadella, Chairman dan Chief Executive Officer (CEO) Microsoft, sembari menyebut gim merupakan hiburan dengan pertumbuhan tercepat dengan jumlah pengguna aktif mencapai 3 miliar. Sementara, gim ponsel adalah segmen terbesar dalam industri gim dengan pangsa pasar sekitar 95 persen. Karena itu, Microsoft dan Activision Blizzard akan mengembangkan berbagai waralaba gimnya di segmen ini.

Microsoft tahun lalu juga menggelontorkan dana US$7,5 miliar (Rp107 triliun) untuk mengakuisisi ZeniMax Media, perusahaan induk dari penerbit gim video Bethesda Softworks, yang berada di balik video gim populer The Elder Scroll dan Doom and Fallout. Microsoft mengatakan kedua akuisisi tersebut akan membantu meningkatkan layanan berlangganan game Xbox Game Pass.

Sejumlah tantangan bagi Sony

PlayStation 4 (Pixabay/WikimediaImages)

Menurut Fortune.com, hingga saat ini sejumlah gim Activision Blizzard, seperti Call of Duty, Tony Hawk's Pro Skater, dan Diablo telah tersedia di PlayStation dan Xbox. Namun, investor tampaknya khawatir akuisisi tersebut akan memangkas Sony Playstation dari sejumlah gim populer dunia.

Sampai saat ini, Microsoft berjanji untuk tidak "menarik komunitas" PlayStation. Sebelumnya, Microsoft telah menghormati kesepakatan yang ditandatangani sebelum akuisisi: Psychonauts 2 dirilis di PlayStation 4 pada Agustus 2021, dua tahun setelah Microsoft mengakuisisi pengembang gim, Double Fine Productions, pada 2019.

Akan tetapi, kesediaan Microsoft untuk menjual gim di platform pesaing sepertinya tidak bertahan lama. Beberapa bulan setelah mengakuisisi ZeniMax Media, Microsoft mengakui bahwa gim masa depan, termasuk Elder Scrolls VI yang ditunggu-tunggu, tidak akan hadir di PlayStation 5.

Sony telah mengakuisisi studio untuk meningkatkan produksi gim sendiri. Akan tetapi, sepertinya jenama Jepang itu tidak dapat bersaing dengan daya beli besar dari Microsoft.,

Kekurangan chip global memaksa Sony untuk memangkas produksi PlayStation 5, konsol andalannya, tahun ini. Meskipun penjualan dimulai dengan menjanjikan—terjual dalam 10 juta unit—masalah pasokan telah belum sanggup membuat PS5 lebih laku dari PlayStation 4.

Pada November, Sony memangkas target produksi PS5 tahunan sebesar 1 juta unit, dan minggu lalu dilaporkan bahwa Sony akan terus memproduksi konsol PlayStation 4, yang menggunakan lebih sedikit komponen semikonduktor.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Astra International (ASII) Bagi Dividen Rp17 Triliun, Ini Jadwalnya
Microsoft Umumkan Investasi Rp27 Triliun di Indonesia
Laba PTRO Q1-2024 Amblas 94,4% Jadi US$163 Ribu, Ini Penyebabnya
Waspada IHSG Balik Arah ke Zona Merah Pascalibur
Laba Q1-2024 PTBA Menyusut 31,9 Persen Menjadi Rp790,9 Miliar
Laba Q1-2024 Antam Tergerus 85,66 Persen Menjadi Rp238,37 Miliar