TECH

44 Juta Data MyPertamina Diduga Dibocorkan Bjorka, Ini Saran Pakar

Perlu dilakukan audit dan investigasi digital forensic.

44 Juta Data MyPertamina Diduga Dibocorkan Bjorka, Ini Saran PakarAplikasi MyPertamina. (Shutterstock/Poetra.RH)
11 November 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pakar keamanan siber sekaligus chairman Communication & Information System Security Research Center (CISSReC), Pratama Persadha, mengungkapkan dugaan Bjorka membocorkan 44 juta data MyPertamina.   

Bila hal ini benar terjadi, maka pengendali data pengguna–dalam hal ini Pertamina–wajib memberitahukannya secara tertulis kepada subyek data pribadi dan Lembaga Pelaksana Perlindungan Data Pribadi (LPPDP).

Ketentuan itu sebagaimana yang diatur dalam Pasal 46 UU Perlindungan Data Pribadi (PDP) ayat 1 dan 2 dan harus disampaikan paling lambat dalam kurun waktu 3 x 24 jam. “Pemberitahuan minimal harus memuat data pribadi yang terungkap, kapan dan bagaimana data pribadi terungkap, dan upaya penanganan dan pemulihan atas terungkapnya oleh pengendali data pribadi,” ujarnya dalam keterangan resmi yang diterima Fortune Indonesia, Jumat (11/11).

Sebanyak 44 juta data diretas

Chairman CISSReC, Pratama Persadha.
Chairman CISSReC, Pratama Persadha. (dok. Pribadi)

Hacker Bjorka kembali berulah dengan membocorkan data pengguna dan data transaksi aplikasi MyPertamina, yang berupa sampel data, setelah sebelumnya mengklaim membocorkan data pelanggan PLN, Indihome, data registrasi sim card, dan 105 juta data pemilih, hingga data rahasia dan surat untuk presiden. 

Pratama menyampaikan bahwa data yang diklaim oleh Bjorka berjumlah 44,2 juta  dengan total ukuran mencapai 30GB bila dalam keadaan tidak dikompres. Data sampelnya dibagi menjadi 2 file yaitu data transaksi dan data akun pengguna.

Data MyPertamina yang diunggah antara lain berisi Nama, Email, NIK (Nomor KTP), NPWP (Nomor Pajak), Nomor Telepon, Alamat, DOB, Jenis Kelamin, Penghasilan (Harian, Bulanan, Tahunan), data pembelian BBM dan masih banyak data lainnya. "Data yang berjumlah 44 juta ini dijual dengan harga US$25.000 atau sekitar Rp400 juta menggunakan mata uang Bitcoin," katanya.

Berdasarkan hasil analisis aplikasi ‘Get Contact’, nomor kontak yang disebar oleh Bjorka sesuai dengan nama pemilik kontak tersebut. Selain itu, berdasarkan NIK di aplikasi ‘Dataku’ juga menunjukkan kecocokan. Dengan demikian, data tersebut bisa dikatakan valid.

“Namun soal asli atau tidaknya data ini yaa hanya Pertamina sendiri yang bisa menjawabnya, karena aplikasi ini dibuat oleh Pertamina yang juga memiliki dan menyimpan data ini,” kata Pratama.

Pengecekan menyeluruh

hackeryang sedang bekerja
ilustrasi hacker (unsplash.com/Kevin Ku)

Related Topics