TECH

Pemerintah Minta Produsen Ponsel Tingkatkan Produksi Dalam Negeri

Produksi komponen ponsel dalam negeri capai 57 juta unit.

Pemerintah Minta Produsen Ponsel Tingkatkan Produksi Dalam NegeriIlustrasi toko ponsel. Shutterstock/bodnar.photo

by Eko Wahyudi

16 August 2022

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Kementerian Perindustrian (Kemenperin) bertekad untuk terus menjalankan program substitusi impor 35 persen tahun 2022. Salah satu sektor yang dipacu adalah industri elektronika, termasuk pada upaya pengoptimalan penggunaan produk dalam negeri. Kini tengah dilakukan pula penyusunan Neraca Komoditas 25 produk dengan nilai impor tertinggi, misalnya telepon seluler.

Direktur Jenderal Industri Logam, Mesin, Alat Transportasi, dan Elektronika (ILMATE) Kemenperin, Taufiek Bawazier, mengatakan pemerintah menargetkan industri ponsel bisa menghasilkan enam fitur yang sebelumnya masih diimpor, seperti "SMT process, industrial mechanical design, industri casing, industri baterai, chasis molding design, dan industri antena," katanya dikutip dari keterangan resmi, Senin (15/8).

Pemerintah mendorong industri telepon seluler dapat menjalankan roadmap pendalaman struktur yang telah ditetapkan Kemenperin. Di samping itu, Menperin berpesan agar riset dan pengembangan telepon seluler sudah mulai dapat dilakukan di dalam negeri.

Langkah tersebut diambil guna meningkatkan porsi tingkat kandungan dalam negeri (TKDN) telepon seluler yang diproduksi di dalam negeri serta menekan jumlah barang impor di industri tersebut.

Mengacu kepada data Kemenperin, produksi dalam negeri komponen telepon seluler mencapai 57 juta unit, sedangkan impor sekitar 2,9 juta unit pada 2021.

"Kami sangat concern agar industri komponen handphone, komputer genggam, dan tablet (HKT) bisa terus tumbuh di dalam negeri,” jelasnya.

Kolaborasi produsen dalam negeri

PT Erajaya Swasembada dan PT Halo Mobile Device Indonesia belum lama ini memproduksi fitur telepon seluler merek Nokia–yang sebelumnya diimpor–di dalam negeri.

Produksi tersebut tentu berdampak positif pada perbaikan neraca dagang telepon seluler guna mencapai target substitusi impor. Di samping itu, peningkatan penyerapan tenaga kerja pada akhirnya juga akan berdampak terhadap perbaikan ekonomi nasional.

Menurut laporan Kemenperin, pabrik yang dibangun oleh Erajaya dan Halo Mobile memiliki kapasitas produksi 2,4 juta unit per tahun. Dengan kapasitas tersebut, baik PT Erajaya Swasembada dan PT. Halo Mobile Device Indonesia percaya diri dapat memenuhi pasar dalam negeri tanpa harus melakukan impor.

Pasar ponsel global

Ilustrasi ponsel pintar. Shutterstock/ImYanisIlustrasi ponsel pintar. Shutterstock/ImYanis