Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
Ilustrasi kantor Google (unsplash/@gregbulla)

Jakarta, FORTUNE - Google memperketat kebijakan kerja hybrid dengan mewajibkan sejumlah pekerja remote pindah dalam radius 50 mil dari kantor terdekat dan hadir minimal tiga hari per minggu, atau menghadapi risiko kehilangan pekerjaan.

Menurut dokumen internal yang diperoleh CNBC, pekerja di Google Technical Services dan People Operations telah diberitahu bahwa mereka harus mengikuti jadwal kerja hybrid. Bagi yang menolak, Google menawarkan opsi pengunduran diri sukarela atau ancaman penghapusan posisi.

Bahkan, untuk mendukung relokasi ini, Google menawarkan biaya relokasi satu kali bagi karyawan Google Technical Services yang bersedia pindah lebih dekat ke kantor.

Langkah ini sejalan dengan upaya besar di Silicon Valley untuk mengembalikan budaya kerja tatap muka pasca-pandemi COVID-19. Seperti banyak perusahaan teknologi besar lainnya, Google telah berbalik arah dari kebijakan kerja remote penuh. Kini, kehadiran tiga hari seminggu menjadi syarat minimum.

Seorang juru bicara Google menegaskan pentingnya kolaborasi secara langsung. "Seperti yang telah kami katakan sebelumnya, kolaborasi secara langsung adalah bagian penting dari bagaimana kami berinovasi dan memecahkan masalah kompleks," ujarnya mengutip Fortune.com (29/4).

"Untuk mendukung hal ini, beberapa tim telah meminta pekerja remote yang tinggal dekat kantor untuk kembali bekerja secara langsung tiga hari seminggu," katanya, menambahkan.

Pada awal tahun ini, Google bahkan menawarkan paket buyout kepada pekerja remote yang enggan kembali ke kantor. Dorongan lebih keras datang dari salah satu pendiri Google, Sergey Brin, yang mendorong pekerja AI untuk hadir di kantor setiap hari. Dalam memo internalnya, Brin mengatakan, "60 jam per minggu adalah titik manis produktivitas."

Selain faktor kolaborasi, kebijakan ini dinilai berkaitan dengan tekanan terhadap perusahaan untuk memaksimalkan penggunaan ruang kantor. Tingkat kekosongan kantor di kota-kota besar AS telah melampaui 20%, membuat perusahaan harus mengisi ruang kosong dan membenarkan sewa mahal.

Sementara itu, Amazon dan X (sebelumnya Twitter) bahkan telah mengambil langkah lebih jauh dengan mewajibkan kehadiran penuh lima hari per minggu, menandai tren kembalinya budaya kerja konvensional di industri teknologi.

Gelombang PHK di Google: 2024–2025

Kebijakan kerja hybrid ini terjadi di tengah gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) yang signifikan di Google dalam dua tahun terakhir. Pada Januari 2023, Google mengumumkan PHK terhadap 12.000 karyawan, sekitar 6 persen dari total tenaga kerja globalnya .

Memasuki 2024, PHK terus berlanjut. Hingga akhir tahun tersebut, jumlah karyawan Google tercatat sebanyak 183.000 orang, menurun dari sekitar 190.000 dua tahun sebelumnya .

Pada awal 2025, Google kembali melakukan PHK terhadap ratusan karyawan di divisi Platform dan Perangkat, yang mencakup tim Android, Pixel, dan Chrome. Langkah ini merupakan bagian dari restrukturisasi yang dimulai sejak tahun sebelumnya .

Meskipun jumlah pasti karyawan yang terdampak tidak diungkapkan, langkah-langkah ini mencerminkan upaya Google untuk meningkatkan efisiensi operasional dan fokus pada pengembangan teknologi kecerdasan buatan (AI).

Perusahaan juga terus menawarkan program pengunduran diri sukarela kepada karyawan yang tidak sejalan dengan arah baru perusahaan atau menghadapi tantangan dengan kebijakan kerja hybrid .

Editorial Team