Google PHK Karyawan hingga Pangkas Ratusan Orang, Ini Alasannya

- Google melakukan PHK terhadap ratusan karyawan di divisi Android, Pixel, dan Chrome.
- Fenomena pengurangan karyawan juga terjadi di perusahaan teknologi besar lainnya seperti Meta, Microsoft, Amazon, dan Apple sebagai respons terhadap perubahan arah industri teknologi.
- Penggabungan tim internal menjadi salah satu strategi Google untuk menghadapi tantangan industri teknologi yang cepat berubah.
Jakarta, FORTUNE - Alphabet Inc. yang merupakan perusahaan induk dari Google kembali membuat langkah besar baru-baru ini, yaitu PHK karyawan. Google PHK karyawan hingga ratusan orang terkena pemutusan kerja demi perampingan organisasinya.
Langkah ini menyasar unit penting di dalam struktur perusahaan, yaitu bagian platform dan perangkat keras (hardware) yang mencakup tiga divisi utama, yaitu Android, Pixel dan Chrome.
Meski tiga divisi tersebut selama ini menjadi tulang punggung berbagai produk dan layanan unggulan Google. Namun, ketiga divisi tetap tak luput dari kebijakan pengurangan tenaga kerja.
Lantas, apa alasan Google melakukan PHK karyawan lagi?
Alasan Google PHK karyawan lagi

Dalam gelombang PHK kali ini, Google tidak mengungkap berapa orang yang terkena layoff. Bahkan, tidak diungkapkan dari negara mana saja karyawan Google yang di-PHK.
Sejauh ini, dapat dipastikan bahwa PHK terjadi setelah Google memberikan opsi pengunduran diri sukarela (buyout) terhadap sekitar 25.000 karyawan di divisi Platform dan Devices pada Januari 2025 lalu.
Dalam keterangannya kepada media The Information, juru bicara Google menjelaskan keputusan ini berkaitan dengan upaya efisiensi pasca penggabungan beberapa tim internal.
“Sejak menggabungkan tim platform dan perangkat tahun lalu, kami telah berfokus untuk menjadi lebih gesit dan beroperasi lebih efektif dan ini termasuk melakukan beberapa pengurangan pekerjaan, selain program keluar sukarela yang kami tawarkan pada bulan Januari,” ujar perwakilan Google, dilansir Gadgets 360, Senin (14/4).
Penggabungan tim yang sebelumnya bekerja secara terpisah di bawah divisi Android, Pixel dan Chrome adalah strategi Google untuk menyederhanakan struktur organisasi. Google berharap mampu menciptakan sistem kerja yang lebih efisien, mengurangi duplikasi fungsi, dan memaksimalkan potensi kolaborasi lintas tim.
PHK tersebut bukanlah langkah yang dilakukan secara mendadak, melainkan bagian dari strategi perusahaan yang telah dipertimbangkan sejak lama.
Google mengklaim perubahan ini bertujuan meningkatkan fleksibilitas organisasi serta efisiensi operasional dalam menghadapi tantangan dan tuntutan industri teknologi yang terus berubah dengan cepat.
Bukan kali pertama Google lakukan PHK

PHK pada awal April 2025 ini sebenarnya bukan yang pertama kalinya dilakukan oleh Alphabet selaku perusahaan induk Google dalam beberapa tahun terakhir. Pada Februari, Bloomberg melaporkan Google telah memberhentikan sejumlah pegawai di divisi cloud.
Menurut laporan tersebut, pemangkasan ini hanya menyasar sebagian tim tertentu dan tidak dilakukan secara luas. Jika menilik ke belakang, Google juga telah mengumumkan pemangkasan besar-besaran pada Januari 2023.
Saat itu, Google menyatakan akan memangkas sekitar 12.000 posisi kerja, yang setara dengan 6% dari total tenaga kerja global milik mereka. Pengumuman tersebut mengejutkan banyak pihak karena selama ini Google dikenal sebagai salah satu perusahaan teknologi dengan sistem manajemen sumber daya manusia yang stabil.
Langkah-langkah pemangkasan tersebut menunjukkan bahwa meskipun Google memiliki sumber daya keuangan yang besar, mereka tetap harus beradaptasi. Terlebih, dengan adanya perubahan arah industri, tekanan pasar dan kebutuhan.
Jika tidak melakukan adaptasi, Google akan kesulitan memperkuat posisi dalam teknologi masa depan seperti AI, cloud computing, dan integrasi perangkat lunak-perangkat keras.
Sejumlah big tech PHK karyawan

Fenomena PHK karyawan ini tidak hanya terjadi di Google. Beberapa tahun terakhir, perusahaan-perusahaan teknologi besar atau big tech tengah mengalami gelombang pergeseran prioritas dalam hal investasi dan alokasi sumber daya manusia.
Banyak dari mereka kini lebih fokus dalam pengembangan pusat data dan kecerdasan buatan (AI), serta mulai mengurangi perhatian terhadap sektor-sektor lain yang sebelumnya menjadi perhatian utama. Berikut beberapa contoh big tech yang lakukan PHK.
Meta
Meta adalah induk perusahaan Facebook yang menjadi salah satu contoh konkret PHK di kalangan big tech. Pada Januari, perusahaan ini diketahui telah memberhentikan sekitar 5% dari total karyawannya.
PHK dilakukan secara selektif terhadap karyawan dengan kinerja yang dinilai paling rendah. Kebijakan tersebut diambil seiring dengan rencana besar Meta untuk mempercepat rekrutmen tenaga ahli di bidang pembelajaran mesin.
Microsoft
Microsoft pun mengambil langkah serupa. Pada September tahun lalu, perusahaan milik Bill Gates tersebut memangkas sekitar 650 posisi pekerjaan di divisi Xbox.
Langkah itu termasuk bagian dari upaya restrukturisasi bisnis hiburan dan gim mereka. Microsoft mulai bergeser ke arah pengembangan sistem komputasi awan (cloud) dan AI.
Amazon
Perusahaan e-commerce terbesar dunia ini juga telah memberhentikan sejumlah karyawan di berbagai unit bisnisnya. Salah satu yang terdampak adalah bagian komunikasi internal.
Amazon melalukannya untuk penyesuaian struktur internal perusahaan demi meningkatkan efisiensi operasional/ Tujuan lainnya, untuk mengalihkan investasi ke sektor yang dianggap lebih strategis ke depan.
Apple
Meskipun terkesan lebih hati-hati dalam melakukan PHK, Apple juga turut memangkas sejumlah peran dalam kelompok layanan digitalnya. Tercatat, sekitar 100 posisi pekerjaan dihapus pada tahun lalu.
Ini menunjukkan bahwa bahkan perusahaan dengan citra keuangan yang stabil seperti Apple pun tidak kebal terhadap tekanan untuk menyesuaikan struktur organisasi mereka agar tetap relevan di tengah perkembangan teknologi.