TECH

Mengenal Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk Antisipasi Badai

TMC bertujuan mengurangi risiko bencana iklim.

Mengenal Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC) untuk Antisipasi BadaiWarga berjalan menggunakan payung saat hujan lebat di kawasan Sarinah Thamrin, Jakarta, Selasa (5/4).ANTARA FOTO/Muhammad Adimaja/hp.
28 December 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Wilayah Jabodetabek diprediksi mengalami cuaca ekstrem seperti hujan lebat hingga sangat lebat pada akhir tahun ini. Pihak berwenang menyatakan akan memberlakukan teknologi modifikasi cuaca (TMC) demi mengantisipasi potensi cuaca buruk ke depan.

Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) bekerja sama dengan Pemerintah Provinsi DKI Jakarta menyatakan bakal melakukan modifikasi cuaca untuk mengantisipasi cuaca ekstrem pada awal tahun depan.

Menurut Pj Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono, pemerintah DKI telah melakukan diskusi dengan BNPB untuk membahas kerja sama penanggulangan bencana.

“Ada beberapa hal yang kami nanti bersama BNPB melakukan teknologi modifikasi cuaca, dan berikutnya memetakan kembali kerawanan bencana,” katanya seperti dilansir dari Antara, Selasa (27/12).

Teknis pelaksanaan modifikasi cuaca itu pun akan melibatkan TNI AU dan Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN), kata Heru.

Peneliti Klimatologi BRIN, Erma Yuslihatin, sempat menyatakan lewat akun Twitternya mengenai potensi cuaca buruk yang dia sebut dengan "badai". Hal ini berdasarkan data sistem peringatan dini bencana berbasis satelit milik BRIN, yakni Sadewa.

“Siapa pun Anda yang tinggal di Jabodetabek dan khususnya Tangerang atau Banten, mohon bersiap dengan hujan ekstrem dan badai dahsyat pada 28 Desember 2022,” kata Erma.

Metode TMC

Menyitir laman Kementerian Keuangan, teknologi modifikasi cuaca adalah sebentuk upaya manusia untuk memodifikasi cuaca dengan tujuan tertentu demi mendapatkan kondisi cuaca sesuai target.

Menurut BRIN, modifikasi cuaca umumnya bertujuan untuk meningkatkan intensitas curah hujan atau sebaliknya. Dalam konteks pemanasan global yang menyebabkan perubahan iklim, TMC ditengok sebagai salah satu solusi dalam mengurangi risiko kerugian akibat faktor iklim dan bencana.

Dikutip dari Detik.com, berdasarkan modul pakar TMC, Tri Handoko Seto, yang pernah memimpin Balai Besar Teknologi Modifikasi Cuaca, TMC adalah usaha campur tangan manusia dalam pengendalian sumber daya air di atmosfer. Hal tersebut dilakukan dengan memanfaatkan parameter cuaca untuk tujuan menambah atau mengurangi intensitas curah hujan pada daerah tertentu. Tujuannya, meminimalisir risiko bencana alam akibat faktor iklim dan cuaca.

Metode TMC yang paling populer adalah dengan menggunakan pesawat yang menghantarkan bahan semai berupa Natrium Klorida (NaCl) garam ke awan melalui udara.

Namun, ada pilihan metode lain. Dalam beberapa tahun terakhir, para peneliti telah mengembangkan metode penyampaian bahan semai ke dalam awan dari darat, di antaranya dengan memakai wahana Ground Based Generator (GBG) dan wahana Pohon Flare untuk sistem statis.

Kedua metode ini secara umum mempunyai prinsip menghantarkan bahan semai ke dalam awan, yaitu dengan memanfaatkan keberadaan awan orografik dan awan yang tumbuh di sekitar pegunungan sebagai targetnya. Karenanya, metode GBG dan Pohon Flare biasanya digunakan di wilayah yang mempunyai topografi pegunungan

TMC Jabodetabek

Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyatakan telah menyiapkan skema penyemaian garam guna memecah pertumbuhan awan hujan demi menekan cuaca ekstrem yang diperkirakan tiba pada akhir tahun ini.

“Dengan pola kompetisi yakni membakar bahan semaian garam dapat menganggu pertumbuhan awan. Caranya dengan menambah inti kondensasi,” kata Kepala Pelaksana BPBD DKI Jakarta, Isnawai Aji, seperti dikutip dari Antara.

Menurutnya, penyemaian garam tersebut merupakan salah satu metode dalam TMC. Selain itu, ada teknik lain yakni membuat premat awan hujan untuk mencegah masuk ke wilayah Jakarta. Dengan begitu, hujan yang terjai hanya gerimis.

BPBD DKI Jakarta telah berkoordinasi dengan Wings Udara Skuadron 2 TNI AU, BRIN, BNPB, Selasa (27/12). Hasil koordinasinya yakni TNI AU akan menyiapkan beberapa jenis pesawat untuk memuat bahan semaian garam.

Namun, TMC baru dapat digelar usai penetapan status siaga darurat oleh kepala daerah.

“Terhadap hal itu, BNPB menyampaikan kesiapannya untuk melaksanakan TMC yang dibantu oleh TNI AU, BRIN, dan BMKG,” ujarnya.

Related Topics