TECH

Menilik Penyebab Bank Silicon Valley Bangkrut: Budaya Kerja Jarak Jauh

Kerja remote berdampak negatif ke produktivitas.

Menilik Penyebab Bank Silicon Valley Bangkrut: Budaya Kerja Jarak JauhIlustrasi Silicon Valley Bank/Jim Wilson/The New York Times
20 March 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Silicon Valley Bank (SVB) pekan lalu resmi bangkrut usai mengalami penarikan dana sekitar US$42 miliar oleh nasabahnya. Masalah bank yang berfokus pada perusahaan rintisan Amerika Serikat ini sebagian besar bersifat finansial, mulai dari investasi yang sangat tidak menguntungkan, sampai jumlah aset dan liabilitas yang tidak seimbang yang dilaporkan secara publik.

Namun, ternyata ada masalah lain yang dialami oleh SVB: budaya kerja jarak jauh. Ketika Covid-19 mulai mereda, perusahaan teknologi AS secara umum mengalami dilema ihwal membuat metode kerja remote menjadi permanen, sebagaimana dilansir dari Fortune.com, Jumat (17/3).

Seperti banyak perusahaan, Silicon Valley Bank pun memutuskan untuk mengadopsi budaya kerja jarak jauh secara permanen. Dalam laporannnya pada 2021, bank tersebut bahkan menyatakan telah mempekerjakan karyawan baru dengan “sepenuhnya bekerja dari jarak jauh”.

"Beberapa orang bekerja dari Miami, beberapa pindah ke Las Vegas atau kabin di hutan dan melakukan pengembaraan digital," kata seorang mantan bankir kepada Financial Times.

Meski pola kerja remote menawarkan fleksibilitas bagi karyawan, tapi itu diperkirakan telah menggerus kinerja bank Silicon Valley. Dalam laporan tahunan 2023 yang baru dirilis pada Februari, SVB menyebutkan sejumlah kerugian dari budaya kerja jarak jauh.

“Baru-baru ini, pandemi COVID-19 berdampak langsung pada operasi kami, termasuk dengan membatasi perjalanan karyawan dan meningkatkan pengaturan telecommuting,” katanya, seraya menambahkan bahwa perusahaan “mungkin mengalami efek negatif dari pengaturan kerja-dari-rumah yang berkepanjangan.”

Dengan penerapan kerja jarak jauh, menurut SVB, karyawan mungkin kesulitan menyeimbangkan pekerjaan dan kehidupan, yang dapat mengakibatkan "penurunan produktivitas dan/atau gangguan signifikan dalam operasi bisnis". Risiko lain dari metode kerja ini datang dari urusan konektivitas online dan ancaman keamanan siber.

Tren bekerja

Ilustrasi Budaya Kerja Hybrid atau Remote. Dok/Microsoft Indonesia
Ilustrasi Budaya Kerja Hybrid atau Remote. Dok/Microsoft Indonesia

Dalam laporan tahunan yang sama, bank Silicon Valley menyampaikan rencananya untuk tetap fleksibel, sambil mulai mengembalikan lebih banyak karyawan ke kantor berdasarkan "peran dan fungsi" masing-masing.

Belum jelas apakah metode kerja remote tersebut ikut menjadi faktor kegagalan SVB. Akan tetapi, perusahaan menganggap penting dampak budaya kerja tersebut dengan menyebutkannya melalui laporan yang dirilis sebulan sebelum mereka bangkrut. Mereka menyatakan pola kerja remote memiliki “dampak signifikan” pada bisnis.

Saat diminta konfirmasi oleh Fortune, Silicon Valley Bank, yang dioperasikan oleh badan pengatur Federal Deposit Insurance Corporation, menolak berkomentar.

SVB mungkin terdengar lebih seperti perusahaan teknologi, ketimbang perbankan dalam memberikan kelonggaran kepada karyawan untuk bekerja jarak jauh. Sementara, beberapa bank AS secara umum memiliki kebijakan sama: persyaratan untuk kembali ke kantor akan bergantung pada peran karyawan masing-masing.

Pada Januari, CEO JPMorgan Chase, Jamie Dimon, mengatakan bahwa pekerjaan jarak jauh tidak baik untuk fungsi manajemen. Hampir bersamaan, James Gorman dari Morgan Stanley, mengatakan bahwa dia menginginkan pekerja datang ke kantor setidaknya tiga atau empat hari, serta pekerjaan jarak jauh bukanlah pilihan perusahaan.

Mantan kepala Mastercard, Ajay Banga, baru-baru ini mengatakan bahwa karyawan "membakar banyak modal sosial" jika harus berinteraksi dengan "kotak kecil di layar".

Yang pasti, selama bertahun-tahun, banyak bank— termasuk yang besar—telah jatuh tanpa ada yang menyalahkan soal budaya kerja. Sebagai bukti, Washington Mutual, Lehman Brothers, dan Bear Stearns—semuanya merupakan bank gagal meski ribuan karyawan mereka bekerja keras di bilik kantornya.

Related Topics