TECH

Menurut Survei, Ini Empat Alasan Orang Beli Aset Digital NFT

Hanya 41,7% orang yang untung dari investasi NFT.

Menurut Survei, Ini Empat Alasan Orang Beli Aset Digital NFTIlustrasi koleksi NFT olahraga. Shutterstock/Maurice NORBERT
14 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Survei terbaru dari DEXterlab menunjukkan sejumlah alasan mengapa orang melakukan pembelian aset yang tidak dapat dipertukarkan (non-fungible token/NFT), mulai dari soal investasi sampai partisipasi dalam komunitas. NFT bahkan dianggap sebagai komoditas yang sanggup diperjualbelikan berkat teknologi di belakangnya.

NFT merupakan aset atau token digital berbentuk kode yang disimpan di blockchain dalam bentuk kontrak pintar. NFT adalah token yang merepresentasikan kepemilikan unik. Segala item yang unik—dan tak bisa dipertukarkan—dapat ditandai di dunia NFT, dari karya seni, barang koleksi, hingga properti. Benda-benda itu unik karena tidak dapat digantikan dengan apa pun. Para pemiliknya disebut kolektor NFT.

Tak sedikit orang yang bertanya mengapa sebagian individu menghabiskan banyak uang untuk menebus NFT dalam bentuk JPG, GIF, atau video, menurut DEXterlab. Bahkan, ada anggapan aset digital tersebut tak perlu dibeli karena bisa langsung diakses, diunduh, atau dilakukan tangkapan layar.

Namun, NFT tidak bekerja dengan cara seperti itu. Aset digital ini memiliki satu konsep penting: kepemilikan digital. Secara sederhana, seseorang mungkin dapat melihat dan mengagumi lukisan Mona Lisa, tetapi tidak berarti seseorang itu adalah pemilik lukisan tersebut. Sama halnya dengan NFT, seseorang mungkin bisa melakukan tangkapan layar atau mengunduhnya, tapi individu itu bukan pemiliknya jika tidak dapat membuktikan pembelian dengan catatan di blockchain.

Menurut survei DEXterlab, 48 persen responden menyatakan berminat untuk menebus NFT dengan harga mulai US$50 atau lebih dari Rp700 ribu hingga US$500 atau sekitar Rp juta.

Berikut sejumlah alasan individu dalam menebus aset digital dimaksud, berdasarkan jajak pendapat DEXterlab terhadap 1.200 orang.

1. Investasi

Tweet pertama yang dijual sebagai token non fungible (NFT). Shutterstock/mundissima
Tweet pertama yang dijual sebagai token non fungible (NFT). Shutterstock/mundissima

Sebanyak 64,3 persen responden menyatakan alasan utama mereka membeli NFT adalah untuk menghasilkan uang.

Namun, saat ditanya pengalamannya usai terjun ke NFT, hanya 41,7 persen responden yang menyatakan berhasil mendapatkan imbal hasil. Sebaliknya, 58,3 persen responden mengaku rugi atau kehilangan uangnya.

NFT memiliki karakteristik unik dan bervariasi dalam kelangkaannya. Itu lantas mendorong minat dan permintaan serta tentu saja berdampak terhadap harga aset tersebut. Pada gilirannnya, karakteristik itu yang menjadikan NFT sebagai investasi yang dapat mendatangkan keuntungan

2. Keterlibatan di komunitas

NFT Bored Ape 4873 dilihat dari layar smartphone. Shutterstock/Mundissima

Related Topics