TECH

Survei Ini Ungkap Optimisme Investor Terhadap Masa Depan Bitcoin

Optimisme terhadap Bitcoin beriring masalah pengetahuan.

Survei Ini Ungkap Optimisme Investor Terhadap Masa Depan BitcoinIlustrasi pertemuan bisnis tentang keputusan investasi untuk bitcoin. Shutterstock/Morrowind
02 June 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan pembayaran digital Block baru saja merilis survei mengenai tren investasi Bitcoin secara global. Hasil survei menunjukkan responden yang memiliki pengetahuan lebih soal aset kripto cenderung optimistis terhadap masa depan Bitcoin.

Menurut penelitian yang dilansir pada Mei 2022, 41 persen dari responden yang dikategorikan memiliki pengetahuan aset kripto yang cukup, menyatakan “sangat mungkin” menebus Bitcoin dalam 12 bulan ke depan.

Sebagai perbandingan, hanya 7,9 respoden—dari yang pengetahuannya dianggap terbatas soal aset kripto—yang mengaku akan membeli Bitcoin.

“Orang-orang yang memiliki pengetahuan tentang aset kripto sangat memiliki pandangan positif tentang masa depan Bitcoin,” demikian salah satu kesimpulan dalam laporan bertajuk Bitcoin: Knowledge and Perceptions tersebut, dikutip Kamis (2/6).

Riset ini disusun berdasar atas jajak pendapat terhadap 9.500 orang di wilayah Amerika, Eropa Timur Tengah dan Afrika, dan Asia Pasifik, termasuk 100 orang investor Bitcoin di setiap wilayah, Januari tahun ini.

Menurut survei Block, 51 persen responden tidak membeli Bitcoin karena minim pengetahuan. Sisanya, responden menyoroti perkara keamanan siber maupun risiko pencurian (32 persen), volatilitas (30 persen), prospek peraturan yang tidak pasti (29 persen), dan terlalu mahal (27 persen).

Tingkat penghasilan

Tanda Bitcoin ditampilkan di luar toko tempat cryptocurrency diterima sebagai metode pembayaran di San Salvador, El Salvador, Selasa (1/2/2022). ANTARA FOTO/REUTERS/Jose Cabezas

Laporan tersebut menyoroti pula responden dengan penghasilan tinggi lebih condong untuk investasi di Bitcoin. Buktinya, 50 persen responden menganggap Bitcoin merupakan aset yang bisa menghasilkan uang, sedangkan 30 persen responden melakukan diversifikasi portofolio investasi melalui Bitcoin.

Sebaliknya, hanya 38 persen responden berpenghasilan lebih rendah yang menilai Bitcoin sebagai instrumen investasi dan 20 persen sebagai diversifikasi aset.

“Orang dengan pendapatan di bawah rata-rata lebih sering mencatat penggunaan Bitcoin sebagai cara untuk mengirim uang dan membeli barang dan jasa daripada orang dengan pendapatan di atas rata-rata,” begitu bunyi laporan tersebut.

Menariknya, tren tersebut juga terjadi di tingkat negara, menurut survei sama. Negara-negara dengan pendapatan per kapita rendah, yakni Vietnam, Nigeria, India, Afrika Selatan, Argentina, dan Cina, cenderung melihat Bitcoin sebagai alat transaksi.

Sebaliknya, negara dengan pendapatan per kapita tinggi, seperti Australia, Jepang, Inggris, Jerman, dan Prancis menyatakan Bitcoin sebagai alat untuk melakukan transfer ke luar negeri (remitansi) maupun mengirimkan uang.

Meski demikian, negara seperti Nigeria, India, Vietnam, dan Argentina memiliki tingkat optimisme tertinggi tentang masa depan Bitcoin, serta mengeklaim memiliki tingkat pengetahuan mengenai aset kripto yang lebih baik.

Tren investasi Bitcoin di Indonesia

https://www.shutterstock.com/id/image-photo/young-woman-smiling-holding-bitcoin-cryptocurrency-1428658646
https://www.shutterstock.com/id/image-photo/young-woman-smiling-holding-bitcoin-cryptocurrency-1428658646

Related Topics