TECH

Tokocrypto: Pasar Kripto Masih Terjebak di Zona Merah, Ini Penyebabnya

Bitcoin masih belum ada tanda-tanda untuk bullish.

Tokocrypto: Pasar Kripto Masih Terjebak di Zona Merah, Ini PenyebabnyaIlustrasi perdagangan aset kripto. Shutterstock/Irina Budanova
29 September 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Pasar aset kripto masih terjebak di zona merah pada pertengahan akhir September ini. Investor diprediksi mulai menjauh dari market karena sejumlah sentimen negatif.

Melansir data dari investing.com, Kamis (29/9), nilai Bitcoin turun 2,83 persen dalam sebulan terakhir (month-to-month) menjadi US$19.476. Sedangkan, Ethereum pada periode sama terkoreksi tajam 13,81 persen menjadi US$1.340. Dua aset kripto barusan ini merupakan yang teratas di pasar.

Menurut Trader Tokocrypto, Afid Sugiono, pasar aset kripto kembali bergejolak karena sejumlah faktor, termasuk sentimen dari bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve atau Fed.

Menurutnya, investor semakin menghindari pasar usai pejabat Fed menyampaikan niat untuk terus memperketat kebijakan moneternya.

"Dalam beberapa hari terakhir ini, sentimen negatif datang dari pejabat The Fed yang mengeluarkan komentar bahwa The Fed perlu mengerek suku bunga lebih tinggi lagi untuk sementara waktu demi mengendalikan inflasi," kata Afid.

Pernyataan Fed ikut berdampak terhadap kinerja pasar saham AS. Di sisi lain, jika otoritas moneter menetapkan kebijakan suku bunga yang agresif, banyak pihak meyakini pertumbuhan ekonomi AS akan terdampak.

Proyeksi pasar

Ilustrasi aset kripto. Shutterstock/Chinnapong

Kinerja pasar aset kripto saat ini ikut terpengaruh oleh pasar saham AS yang berkinerja buruk. Dalam sebulan terakhir, misalnya, indeks Dow Jones Industrial Aveage (DJII) yang terkoreksi 7,52 persen, Nasdaq turun 7,93 persen, dan S&P 500 melorot 7,73 persen.

"Hal ini dapat dimaklumi mengingat investor kripto selalu mengacu pada pasar saham AS untuk melihat selera risiko investor secara umum. Secara indeks, saham AS sedang terpukul juga oleh komentar dari beberapa pejabat The Fed yang menegaskan pentingnya pengetatan kebijakan moneter demi meredam inflasi," ujarnya.

Penguatan nilai dolar AS yang saat ini terjadi juga ikut berdampak terhadap pasar aset kripto. “Banyak investor yang mulai melepaskan kepemilikan kriptonya dan menghentikan akumulasi untuk beralih ke dolar AS yang jadi aset safe haven,” katanya.

Afid menyatakan, Bitcoin, meski sempat kembali menyentuh level psikologisnya pada US$20.000, belum membantu untuk terus naik atau bullish. Dia memproyeksikan area support aset kripto berkode BTC ini pada level US$18.125. Jika harga Bitcoin kembali bounce, terjadi kenaikan ke level US$ 19.610.

Related Topics