Nvidia Batal Beli Arm, Akuisisi Terbesar Sepanjang Sejarah Pun Gagal

Jakarta, FORTUNE – Aksi akuisisi terbesar sepanjang sejarah industri chip dunia tampaknya gagal. Pasalnya, Nvidia, perusahaan teknologi multinasional Amerika Serikat (AS), batal mengambil alih Arm, produsen chip semikonduktor di Inggris yang dikendalikan oleh SoftBank Group.
Nvidia dan Arm mengumumkan pembatalan transaksi tersebut dalam siaran pers, Selasa (8/2). Kedua pihak sepakat mengakhiri perjanjian karena ganjalan transaksi.
“Arm memiliki masa depan yang cerah, dan kami akan terus mendukungnya selama beberapa dekade mendatang,” kata Jensen Huang, pendiri dan CEO NVIDIA. Menurutnya, Nvidia akan bermitra erat dengan Arm meski takkan menjadi satu perusahaan, .
Laman Wired mengabarkan, Rabu (9/2), Nvidia pada September 2020 berencana menguasai Arm dengan nilai transaksi awal US$40 miliar atau lebih dari Rp570 triliun. Namun, seiring kenaikan saham Nvidia usai kabar tersebut, nilai kesepakatan berpotensi naik menjadi US$60 miliar atau lebih dari Rp850 triliun.
Runtuhnya kesepakatan itu dinilai menjadi pukulan berat bagi Nvidia. Harapan untuk memperluas cakupannya di bisnis chip khusus grafis dan kecerdasan buatan sirna. Bagi Arm, kandasnya kesepakatan tersebut meninggalkan tantangan dan jalan terjal ke depan.
Arm menyatakan tengah bersiap menggelar penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO), kata Chairman & Chief Executive Officer SoftBank Group, Masayoshi Son. Menurut Son, SoftBank Group optimistis Arm akan terus menjadi pusat komputasi seluler dan pengembangan kecerdasan buatan melalui teknologi dan kekayaan intelektual.
“Arm menjadi pusat inovasi tidak hanya dalam revolusi ponsel, tetapi juga dalam komputasi awan, otomotif, internet of things, dan metaverse, dan telah memasuki fase pertumbuhan kedua,” ujarnya.