Harga Saham Bukalapak Akhir-Akhir Ini Kurang Bagus, Kenapa?

Harga saham BUKA menurun karena perubahan persepsi investor.

Harga Saham Bukalapak Akhir-Akhir Ini Kurang Bagus, Kenapa?
Dok. Shutterstock/Sulastri Sulastri
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Otoritas Bursa Efek Indonesia (BEI) menyinggung harga saham perusahaan rintisan (start-up) PT Bukalapak.com Tbk. yang akhir-akhir ini cenderung melemah. Harga saham e-commerce tersebut bahkan lebih rendah daripada saat penawaran umum saham perdana (initial public offering/IPO).

Performance Bukalapak ini saya lihat akhir-akhir ini kurang bagus ya,” kata Direktur Utama BEI Inarno Djajadi dalam diskusi daring bertajuk Peningkatan Investor Ritel di Masa Pandemi: Dampak dan Peluang, Rabu (13/10).

Meskipun sahamnya cenderung menurun, Bukalapak, bagi Inarno, merupakan perusahaan rintisan pertama dengan valuasi di atas US$1 miliar yang berhasil melantai di bursa saham Indonesia bahkan Asean. Dia pun berharap harga saham perusahaan ini bisa membaik ke depannya.

“Mudah-mudahan ke depannya akan lebih baik lagi,” katanya tentang unicorn lokal tersebut.

Pada perdagangan Kamis (14/10), harga saham perusahaan dengan kode emiten BUKA ditutup menguat 7,19 persen menjadi Rp745 per saham. Namun, posisi harga tersebut sudah turun 14,4 persen dibandingkan bulan sebelumnya.

Harga saham Bukalapak juga lebih rendah dari harga IPO awal Agustus pada Rp850 per saham. Saham Bukalapak pernah menembus level tertinggi mencapai Rp1.100 per saham—meski kemudian berangsur turun.

Perubahan persepsi pelaku pasar

Senior Investment Information Mirae Aseet Sekuritas Indonesia, Muhammad Nafan Aji Gusta, berpendapat harga saham Bukalapak saat ini cenderung melemah karena investor disinyalir lebih tertarik ke saham-saham sektor lain. Istilahnya, kata Nafan, pelaku pasar tengah mengalihkan portofolionya ke saham lain terutama yang terkena sentimen pemulihan ekonomi.

“Optimisme pemulihan ekonomi membuat para pelaku pasar lebih cenderung mengamati saham-saham big caps (kapitalisasi pasar terbesar) terutama yang kinerjanya berpotensi meningkat di akhir tahun ini,” kata Nafan kepada Fortune Indonesia.

Nafan juga mengatakan faktor lain yang mungkin membuat harga saham Bukalapak melemah adalah karena investor menunggu perbaikan kinerja fundamental perusahaan tersebut. Berdasarkan laporan keuangan, Bukalapak pada semester pertama tahun ini masih membukukan rugi tahun berjalan Rp767,03 miliar. Namun, rugi ini membaik dari periode sama 2020 yang mencapai Rp1,03 triliun.

Ke depan, saham Bukalapak bisa kembali naik seiring perbaikan kinerja keuangannya. Di samping itu, lanjutnya, Bulakapak juga memiliki prospek karena mereka memiliki ekosistem dalam pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM).

“Investor tentu akan cenderung melihat bagaimana perusahaan memperbaiki kinerja fundamental demi pertumbuhan yang berkelanjutan,” katanya.

Magazine

SEE MORE>
Fortune Indonesia 40 Under 40
Edisi Februari 2024
Investor's Guide 2024
Edisi Januari 2024
Change the World 2023
Edisi Desember 2023
Back for More
Edisi November 2023
Businessperson of the Year 2023
Edisi Oktober 2023
Rethinking Wellness
Edisi September 2023
Fortune Indonesia 100
Edisi Agustus 2023
Driving Impactful Change
Edisi Juli 2023

Most Popular

Cara Daftar BRImo Secara Online Tanpa ke Bank, Ini Panduannya
Jumlah Negara di Dunia Berdasarkan Keanggotaan PBB
Erick Thohir Buka Kemungkinan Bawa Kasus Indofarma ke Jalur Hukum
Saat Harga Turun, Edwin Soeryadjaya Borong Saham SRTG Lagi
Lampaui Ekspektasi, Pendapatan Coinbase Naik Hingga US$1,6 Miliar
Mengenal Apa Itu UMA pada Saham dan Cara Menghadapinya