Bahlil Singgung Ketimpangan Investasi Energi Hijau di TIIWG G20
Forum G20 harus bisa atasi lewat tata kelola yang adil.
Jakarta, FORTUNE – Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengatakan masih terdapat ketimpangan dalam aliran investasi energi hijau, antara negara maju dan negara berkembang. Hal itu dia sampaikan pada kelompok kerja perdagangan, investasi, dan industri (TIIWG) Forum G20,
Menurutnya, salah satu contoh ketidakadilan adalah jumlah investasi energi hijau yang mengalir ke negara berkembang hanya mencapai sekitar seperlima dari keseluruhan investasi hijau global. “Dengan kata lain, dua per tiga dari total populasi dunia hanya mendapatkan seperlima dari total investasi hijau,” ujarnya dalam pertemuan kedua TIIWG, Rabu (6/7).
Oleh karena itu, Bahlil ingin negara-negara G20 segera mengatasi ketimpangan yang terjadi dengan pengaturan tata kelola yang menguntungkan semua pihak. “Saya tidak ingin ada sebuah perlakuan yang tidak adil, sebab persoalan emisi (adalah) persoalan dunia. Forum ini sudah saatnya duduk sama rendah, berdiri sama tinggi, untuk kebaikan bangsa dunia,” ucapnya.
Masalah kredit karbon
Perihal lain yang dibahas dan masih terkait ketimpangan investasi hijau antara negara maju dan berkembang adalah soal kredit karbon. Menurut Bahlil, harga jual beli kredit karbon yang berasal dari proyek-proyek hijau negara maju seringkali diklaim jauh lebih mahal dibandingkan negara berkembang.
Harga karbon di negara berkembang, kata Bahlil bisa bernilai US$10, jauh bila dibandingkan negara maju bisa mencapai US$100. Padahal, kesepakatanan penurunan emisis rumah kaca dilakukan oleh sebagian besar negara di dunia, dalam berbagai forum internasional.
TIIWG harus bermanfaat bagi pemulihan ekonomi dunia
Menurutnya, forum TIIWG seharusnya dapat menghasilkan manfaat dalam mendorong pemulihan ekonomi dunia. Selain itu, berbagai rumusan kebijakan tata kelola pembangunan ekonomi global yang lebih kokoh, termasuk di sektor energi hijau atau energi baru terbarukan (EBT).
“Forum ini juga dirancang untuk mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan, memberikan perhatian yang kuat pada investasi yang menciptakan nilai tambah, sektor UMKM, dan mendorong ekonomi digital sebagai motor pembaharu ekonomi,” ujar Menteri investasi.
Topik besar yang dibahas dalam TIIWG
Investasi hijau global masuk sebagai salah poin bahasan yang dibahas pertemuan Kedua TIIWG. Selain itu, pertemuan ini secara keseluruhan membahas tiga isu penting, seperti Reformasi WTO (World Trade Organization); Respon Perdagangan, Investasi, dan Industri terhadap Pandemi dan Arsitektur Kesehatan Global; serta Mendorong Investasi Berkelanjutan dalam rangka Pemulihan Ekonomi Global.
Sedangkan, pada pertemuan Pertama, TIIWG telah membahas tiga isu lainnya, yaitu Peran Sistem Perdagangan Multilateral untuk akselerasi pencapaian Sustainable Development Goals (SDGs); Perdagangan Digital dan Rantai Nilai Global yang Berkelanjutan (Sustainable Global Value Chains/GVCs); serta Industrialisasi Inklusif yang Berkelanjutan melalui Industri 4.0.