BUSINESS

Percepatan Kendaraan Listrik di Tengah Berbagai Hambatan dan Keraguan

Permintaan kendaraan listrik dunia juga diikuti skeptisme

Percepatan Kendaraan Listrik di Tengah Berbagai Hambatan dan KeraguanIlustrasi mobil listrik. (ShutterStock/Paul Craft)
22 December 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Penggunaan kendaraan listrik di tengah masyarakat bagaikan mimpi yang menjadi kenyataan. Berawal dari angan, kemudian diwujudkan dengan memulai riset dan pengembangan, kini perubahan iklim memicu percepatan peralihan industri otomotif dari mesin pembakaran menuju penggunaan energi listrik berkelanjutan dan ramah lingkungan.

Akio Toyoda, Presiden Toyota Motor Corp, menggambarkan situasi ini sebagai "era yang beragam dan belum dipetakan." Sementara, CEO Ford, Jim Farley, menyebutnya sebagai "momen penting."

Dilansir dari The Verge, Selasa (21/12), perubahan visi menuju kendaraan berbasis listrik merupakan janji perusahaan kendaraan sejak bertahun silam yaang kini coba diwujudkan. Namun, seberapa besar potensi perusahaan global dapat mengakomodir permintaan kendaraan listrik yang mulai meningkat?

Sam Abuelsamid, analis kendaraan listrik dari Guidehouse Insights, berpendapat bahwa selama ini banyak perusahaan mobil dunia yang ‘merendahkan’ prospek adopsi massal kendaraan listrik. “Transisi kendaraan listrik (EV) lebih lambat daripada harapan publik, sekaligus lebih cepat dari perkiraan para pembuat mobil, dua atau tiga tahun lalu,” katanya kepada The Verge.

Masalah transisi EV

Menurutnya, ada sejumlah permasalahan yang membayangi proses transisi EV. Masalah tersebut antara lain kebakaran baterai, penarikan kembali, tuduhan penipuan, kekurangan chip global, dan banyak tenggat waktu yang terlewat. Jumlah kendaraan listrik baru yang mulai dijual tahun ini pun masih sangat kecil bila dibandingkan besaran masalah perubahan iklim yang semakin menuntut peralihan ke EV.

The Verge menuliskan bahwa beberapa jenama seperti Ford, Volkswagen, maupun Audi, sudah merilis mobil sport listrik. Namun, berbagai masalah pun muncul dan jadi hambatan besar untuk berkembang.

Merek Rivian–yang sempat mengukir IPO terbesar sepanjang sejarah–mengalami kejatuhan saham dan produksi truk listrik dan SUV pertamanya akan berjalan lambat. Sementara, Chevy Bolt dan Bolt EUV 2021 ditarik kembali setelah terjadi kebakaran baterai.

Kompetensi baru yang dibutuhkan industri EV

Tesla sampai saat ini masih menguasai sekitar dua pertiga pasar EV di AS, dengan Model Y menyalip Model 3 sebagai kendaraan listrik terlaris di dunia. Bahkan, perusahaan penyewaan mobil, Herzt memesan sekitar 100.000 kendaraan. Namun, kontroversi pun tetap ada karena peluncuran perangkat lunak beta Full Self-Driving untuk pelanggan tertentu.

Direktur of Insights di Edmunds, Jessica Caldwell, menyampaikan bahwa apa yang dialami Tesla tidak selalu berlaku bagi pasar untuk kendaraan listrik non-Tesla. "Rasanya pasar EV ini benar-benar seperti 'cepat dan tunggu' karena ada banyak informasi yang disampaikan disertai banyak pembicaraan, namun, tidak banyak terjadi pengiriman," ujarnya.

Permasalahan ini terjadi karena memang untuk mengubah arah industri yang sudah berjalan seabad itu tidak mudah, kata Caldwell. Apa yang mudah untuk startup atau pembuat mobil berukuran sedang seperti Tesla, ternyata jauh lebih sulit untuk perusahaan dengan 100.000 karyawan seperti General Motors (GM).

Di masa lalu, ucap Abuelsamid, merancang dan membangun mesin dan transmisi dianggap sebagai kompetensi inti pembuat mobil. Kini, motor dan baterai EV merupakan kompetensi inti baru, dimana para produsen mobil ingin memiliki seluruh rantai pasokan. “Itulah mengapa kami tiba-tiba melihat para pembuat mobil mengambil kembali kendali atas komponen utama kendaraan generasi berikutnya,” ucapnya.

Related Topics