Ini Profil Susilo Wonowidjojo, Pemilik Gudang Garam

Jakarta, FORTUNE – PT Gudang Garam Tbk dikenal sebagai produsen rokok legendaris asal Kediri, Jawa Tengah. Emiten rokok berkode GGRM menjadi perbincangan beberapa hari terakhir, bahkan sahamnya di Bursa Efek Indonesia pun mengalami penurunan. Perhatian tidak pula gagal dilayangkan kepada sang pemilik, Susilo Wonowidjojo.
Susilo pernah masuk daftar dua puluh pebisnis andal Tanah Air versi Fortune Indonesia lewat Business Person of The Year (BPOY) 2021. Ia terpilih karena kiprahnya memimpin perusahaan rokok keluarga asal Kediri menuju pada kedudukannya yang sekarang.
Lahir di Kediri, 18 November 1956, Susilo merupakan anak ketiga dari Surya Wonowidjojo, pendiri Gudang Garam. Sejak Surya meninggal pada 1985, kepemimpinan perusahaan dipegang kakak Susilo, yakni Rachman Halim Wonowidjojo, hingga dia tutup usia pada 2008. Setahun usai itu, yaitu pada 2009, Susilo memimpin Gudang Garam sampai sekarang.
Perluasan bisnis

Saat memimpin Gudang Garam, Susilo banyak membuat terobosan baru, seperti pengembangan mesin-mesin khusus rokok kretek, inovasi rokok mild dengan kadar nikotin dan tar rendah, bahkan berbagai diversifikasi bisnis perusahaan rokok ini pun–kelapa sawit dan bisnis aviasi–semakin berkembang.
Selain itu, pada bisnis utamanya, Gudang Garam memperluas area produksi hingga 208 hektare yang tersebar di Kediri dan Pasuruan. Tidak mengherankan Bloomberg pernah menulis bahwa Gudang Garam menguasai seperlima pasar tembakau di Indonesia dan mempekerjakan sekitar 36.000 orang.
Bandara Dhoho

Melalui anak usaha PT Surya Dhoho Investama, Gudang Garam membangun bandara pertama di Indonesia yang proses pengerjaannya tidak menggunakan APBN sama sekali. Total nilai investasinya mencapai Rp10,8 triliun, dengan perincian Rp6,6 triliun pada tahap I, lalu Rp1,2 triliun pada tahap II, dan Rp3 triliun pada tahap III.
Dengan pembangunan ini kapasitas penumpang bandara untuk tahap I mampu menampung 1,5 juta orang per tahun, tahap II sebanyak 4,5 juta orang per tahun, dan tahap III bisa 10 juta orang per tahun. Bandara tersebut dirancang mampu melayani pesawat berbadan lebar sejenis Boeing 777-300ER.
Menteri Koordinator Bidang Maritim dan Investasi, Luhut Binsar Pandjaitan, sempat bercerita tentang awal mula tercetusnya ide Bandara Kediri dari Susilo. “Saya ingat waktu itu Pak Susilo dulu datang ke saya dia bilang mau bangun lapangan terbang, tapi aturannya kita kita cari-carilah," seperti dikutip dari laman Kemenhub (13/9).
Luhut menyatakan Susilo meminta Luhut sebagai perwakilan pemerintah untuk menyiapkan perizinannya saja. "Pak Susilo bilang gini pokoknya semua uang dari saya, katanya. Tinggal izin saja dari pemerintah. Saya bilang enak juga ini barang nih, tapi nyatanya ada aturan yang harus kita ikuti dan kita cari aturan dan sampai saat ini sudah jalan bagus," ujarnya.
Industri rokok besar sedang mengalami masa sulit

Masa kejayaan perusahaan rokok legendaris ini tengah menurun. Saat ini, industri rokok nasional tengah menghadapi masa sulit di tengah ketatnya persaingan pasar dengan perusahaan rokok menengah dan kecil. Beban cukai yang tarifnya terus mengalami kenaikan dari tahun ke tahun juga menekan kinerja keuangan Gudang Garam.
Dilansir Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia (BEI), Gudang Garam mencatatkan laba bersih sebesar Rp908,8 miliar sepanjang tahun 2024, turun bebas hingga 81,57 persen dibandingkan perolehan tahun 2023 sebesar Rp5,32 triliun.
Kinerja saham juga terus mengalami penurunan. Harga saham Gudang Garam pada perdagangan terakhir, tepatnya 10 Juli 2025 tercatat sebesar Rp8.725 untuk harga penutupan.
Harga saham Gudang Garam ini sangat berbanding terbalik dengan beberapa tahun sebelumnya. Sebagai perbandingan, harga saham GGRM pernah berada di level Rp80.000-an bahkan hampir menyentuh Rp90.000 per lembarnya pada awal tahun 2019.
Penurunan tajam terus terjadi pada harga saham GGRM, misalnya, pada awal tahun 2025, saham GGRM dijual di level Rp13.100 per lembar pada 2 Januari 2024.
Menyetop pembelian tembakau dari Temanggung

Selain kinerja keuangan yang menurun drastis, perusahaan rokok ini juga sudah menyetop pembelian bahan baku tembakau dari petani di Kabupaten Temanggung, Jawa Tengah per Juni 2025. Alasannya, stok komoditas sudah banyak menumpuk di gudang perusahaan.
Hal tersebut disampaikan oleh Bupati Temanggung, Agus Setyawan usia mengunjungi PT Gudang Garam di Kediri bersama perwakilan dari anggota DPRD Temanggung dan Komite Pertembakauan Kabupaten Temanggung.
Menurut Agus, persediaan bahan baku tembakau sudah berlebih. Stok tersebut dapat bertahan sampai tahun depan apabila proses produksi dilakukan sesuai bulan-bulan ini.
Kondisi tersebut pun sangat berdampak pada petani tembakau karena permintaan pembelian berkurang.