BUSINESS

Kisah Pendiri Plepah, UMKM Sektor Keberlanjutan yang Dilirik Astra

Astra terus mendukung lewat SATU Indonesia Awards 2024.

Kisah Pendiri Plepah, UMKM Sektor Keberlanjutan yang Dilirik AstraProduk kontainer makanan dari Plepah. (Dok. Kemenparekraf)
04 March 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) yang bergerak di bidang Keberlanjutan terus berkembang, seiring meningkatnya kepedulian masyarakat hingga korporasi terhadap isu lingkungan dan ESG (Environmental, Social, Good Governance).

Salah satunya Plepah, perusahaan rintisan yang didirikan oleh Rengkuh Banyu Mahandaru yang berhasil menyulap kontainer makanan dari bahan baku pelepah daun pinang pada 2018.

“Idenya kembali pada kebiasaan leluhur kita dulu, yang membungkus makanan dengan menggunakan dedaunan. Itu coba kami lakukan kembali dan bisa dijadikan sebuah bisnis yang keren,” ujarnya dalam konferensi pers SATU Indonesia Awards ke-15, Senin (4/3).

Ide ini bermula ketika ia melihat kondisi laut di Indonesia banyak yang tercemar oleh berbagai material pembungkus makanan, baik yang terbuat dari plastik maupun styrofoam. Rengkuh pun bertemu dengan masyarakat di Jambi yang menggunakan daun pinang sebagai alat pembungkus makanan.

Sejak saat itu, dia mengaku terinspirasi oleh tradisi masyarakat setempat, dan berupaya membawanya ke level lebih besar, melalui Pelepah. “Kami mencoba lebih aware terhadap potensi material dari sumber daya lokal untuk dihilirisasi,” kata Rengkuh.

Dari produksi kecil-kecilan, kini Plepah bisa menyuplai pembungkus makanan ramah lingkungan hingga lebih dari 120 ribu kontainer makanan per bulan. Usaha Rengkuh juga membantu menaikkan pendapatan petani dan pengumpul pelepah pinang di tempat-tempat mereka bekerja.

Tantangan

Rengkuh Banyu Mahandaru, pendiri Plepah.
Rengkuh Banyu Mahandaru, pendiri Plepah. (Dok Astra)

Sayangnya, menurut Rengkuh, usahanya yang semula membawa pesan keberlanjutan bagi masyarakat Indonesia–agar lebih peduli pada penggunaan material ramah lingkungan–ternyata belum ‘ditangkap’ optimal oleh konsumen dalam negeri. Hal itu tercermin dari besarnya jumlah pesanan yang berasal dari luar negeri. 

“Berorientasi pada profit memang menyenangkan, tapi berorientasi pada dampak justru menyedihkan. Ketika inisiatif ini dimulai, justru yang ingin disasar adalah isu dalam negeri, namun mungkin saat ini belum saatnya,” kata Rengkuh.

Ke depan, Rengkuh bertekad terus meningkatkan kapasitas sambil berusaha mengefisienkan ongkos produksi agar produk Pelepah bisa dijual lebih murah, sehingga lebih banyak orang tergerak untuk menggunakannya. “Sustainability bukan hanya tentang tanggung jawab, tapi juga tentang membuka potensi tanpa batas,” ujarnya.

Rencana ke depan

Salah satu produk Plepah.
Salah satu produk Plepah. (dok. Kemenparekraf)

Related Topics