BUSINESS

Wirausahawan Gen Z Berambisi Mendulang Untung Lebih Besar

Faktor keberlanjutan juga menjadi perhatian.

Wirausahawan Gen Z Berambisi Mendulang Untung Lebih Besarilustrasi sebuah ide (Unsplash.com/Mika Baumeister)
18 December 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Penelitian dari Center for Advanced Study in the Behavioral Sciences di Stanford University, mengungkapkan Gen Z dianggap individu yang sangat peduli pada orang lain, berjuang untuk komunitas yang beragam, sangat kolaboratif dan sosial, menghargai fleksibilitas, relevansi, keaslian, kepemimpinan non-hierarki, dan memiliki sikap pragmatis mengenai isu-isu seperti perubahan iklim. Survei dari Morning Consult dan Samsung, juga menyebutkan sekitar 50 persen dari Gen Z menunjukkan minat untuk memulai bisnis sendiri. 

Penelitian tersebut setidaknya menggambarkan modal yang dimiliki Gen Z untuk mendefinisikan ulang dunia keWirausahaan dan berambisi menjadikan bisnis mereka lebih menguntungkan dibandingkan sebelumnya. Demikian dilansir dari fortune.com, Senin (18/12). Hal itu bukan di atas kertas belaka. Sebagai gambaran, kala Siddharth Thakur masih duduk di bangku sekolah menengah, ia mulai merencanakan Paradigm Robotics, sebuah perusahaan yang dibentuk untuk membantu petugas pemadam kebakaran.

Thakur berani memulai, meskipun belum memahami konsep startup, pengetahuan modal ventura masih minim, hingga belum memahami presentasi dan tidak mempertimbangkan skala bisnis. Sebagai mahasiswa junior berusia 19 tahun di Universitas Texas di Austin, ia merefleksikan perjalanan pertumbuhan Paradigm Robotics. "Awalnya, ini hanya proyek penuh semangat," ujarnya.

"Saya hanya ingin membangun proyek teknik untuk membantu mengatasi masalah pemadam kebakaran lokal," katanya.

Keberaniannya justru berangkat dari pengalaman di sekolah menengah pertama, saat Thakur menemukan berita tragis tentang seorang petugas pemadam kebakaran yang tewas dalam kebakaran gedung. Setelah penyelidikan lebih lanjut dan berdiskusi dengan kepala pemadam kebakaran setempat serta ratusan percakapan serupa dengan departemen di seluruh negeri, dia melihat potensi untuk menciptakan robot jarak jauh.

Robot tersebut akan membantu pemadam kebakaran dalam menilai kerusakan, mencari korban selamat, dan meminimalkan risiko. Setiap tahun, sekitar 3.000 kematian dan kerugian harta senilai hampir US$9 miliar terjadi akibat hampir 350.000 kebakaran struktural di AS.

Paradigm Robotics, dengan misi yang sadar sosial dan berfokus pada manusia, menjadi simbol kewirausahaan Gen Z. Jika pendiri milenial dikenal melalui era media sosial, seperti Mark Zuckerberg, Evan Spiegel, dan Kevin Systrom, maka Gen Z dikenal dengan menciptakan perusahaan yang menyelesaikan masalah sosial melalui inovasi.

Tak hanya itu, Gen Z yang berusia 11 hingga 26 tahun, ditandai sebagai generasi yang lebih sadar politik dan memprioritaskan keadilan sosial. Mereka yang tumbuh tanpa mengenal dunia sebelum internet ini tumbuh di era globalisasi, informasi yang meluas, dan keragaman manusia.

Jonathan Greechan, yang bekerja dengan lebih dari 350 startup Generasi Z di Founders Institute, mengatakan bahwa mereka membawa keuntungan besar karena dapat terhubung dengan pelanggan dan menceritakan kisah merek mereka. Generasi Z memahami secara inheren pentingnya perusahaan memiliki tujuan yang jelas.

Pemecah masalah sosial dan memperhatikan keberlanjutan

Munculnya perusahaan inovatif seperti SoundMind, platform kesehatan audio yang memberikan terapi musik untuk mengatasi stres dan kecemasan, menunjukkan kemampuan Generasi Z dalam memecahkan masalah sosial. Brian Femminella, 23 tahun, dan Travis Chen, 24 tahun, mendirikan SoundMind setelah melihat dampak dinas militer terhadap kesehatan mental sesama prajurit.

Perusahaan ini telah melibatkan sekitar 100.000 pengguna di 50 organisasi, termasuk sekolah dan organisasi nirlaba, dan berhasil mengumpulkan dana awal lebih dari US$2 juta.

Di lain sisi, keberlanjutan juga menjadi perhatian. Sebagai gambaran, Tash Grossman, 26 tahun, mendirikan Slip, perusahaan perangkat lunak tanda terima digital dengan tujuan meminimalkan limbah. Ide ini muncul pada tahun 2020 saat dia kesulitan mengembalikan barang tanpa kuitansi. Slip, yang menampung sekitar 30.000 tanda terima per bulan dan diintegrasikan ke sistem titik penjualan pengecer, telah mengumpulkan US$1 juta dalam pendanaan awal.

Generasi Z menunjukkan minat tinggi pada keberlanjutan, dengan 64 persen bersedia membayar lebih untuk produk berkelanjutan, menurut Deloitte. Mereka menantang konvensi dan mencari solusi inovatif untuk masalah masyarakat.

Meskipun Generasi Z masih dalam fase awal kewirausahaannya, diharapkan bahwa mereka akan mencapai 27 persen dari angkatan kerja global pada tahun 2025. Tantangan masih ada, termasuk stereotip dan perluasan pemahaman niat bisnis kepada investor. Namun, dengan dukungan dari inkubator seperti LaunchPad Blackstone di Universitas Texas di Austin, Generasi Z dapat mengejar impian mereka dan memberikan kontribusi positif pada dunia kewirausahaan.

Related Topics