Gelombang PHK justru terjadi ketika kinerja keuangan Disney sedang berada dalam tren positif. Berdasarkan laporan kuartal terakhir, perusahaan mencatat laba bersih lebih dari US$ 3 miliar. Sejak laporan tersebut dirilis, harga saham Disney tercatat naik sekitar 21%.
Namun, pada perdagangan Senin (2/6) sore, saham Disney turun tipis 0,3% ke level US$ 112,62. Penurunan ini diyakini akibat kekhawatiran investor terhadap keberlanjutan strategi efisiensi yang agresif meskipun performa fundamental perusahaan tetap solid.
Dalam lima tahun terakhir, Disney sama seperti banyak perusahaan global lain. Disney harus menghadapi tantangan besar. Pandemi COVID-19 pada 2020 sempat melumpuhkan sektor hiburan dan taman bermain.
Kini, tekanan datang dari ketidakpastian ekonomi global,. Misalnya,efek kebijakan tarif impor baru yang mulai berlaku sejak April dan berdampak pada daya beli masyarakat.
Di tengah situasi ekonomi yang tidak menentu, belanja hiburan bukan lagi prioritas utama sebagian konsumen. Akibatnya, perusahaan seperti Disney harus meninjau ulang strategi bisnis dan proyeksi pertumbuhannya.