BUSINESS

Jadi Penopang Ekonomi, Ekspor Produk Sawit Naik 56,6 Persen pada 2021

Nilai ekspor produk sawit mencapai US$35,79 miliar.

Jadi Penopang Ekonomi, Ekspor Produk Sawit Naik 56,6 Persen pada 2021Pekerja di perkebunan kelapa sawit sedang memanen buah sawit, untuk diproses lebih lanjut dikirim ke pabrik kelapa sawit, Kalimantan Timur, 13 Maret 2019.
by
11 March 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Industri pengolahan sawit termasuk sektor unggulan penopang perekonomian nasional karena sanggup menyumbang 17,6 persen terhadap total ekspor nonmigas pada 2021. 

“Ekspor produk sawit sekitar 40,31 juta ton dengan nilai ekspor US$35,79 miliar, meningkat sebesar 56,63 persen dari nilai ekspor tahun 2020,” ujar Juru Bicara Kementerian Perindustrian, Febri Hendri Antoni Arif, dalam keterangannya, Kamis (10/3)

Industri pengolahan sawit pun disebut sebagai sektor padat karya dengan serapan tenaga kerja langsung hingga 4,20 juta orang dan pekerja tidak langsung mencapai 12 juta orang.

“Industri sawit juga turut menciptakan kemandirian energi melalui biodiesel sehingga menghemat devisa dan berdampak positif terhadap lingkungan,” kata Febri.

Program biodiesel hemat devisa

Program biodiesel ini juga konsisten. Sepanjang 2021, program B30 turut mengurangi impor BBM Diesel sebesar 9,02 juta kiloliter, dengan penghematan devisa sekitar US$4,54 miliar atau Rp64,45 trilliun. Program B30 juga mampu mengurangi emisi gas rumah kaca sekitar 24,4 juta ton setara CO2.

Menurut Febri, hilirisasi industri berbasis kelapa sawit mencerminkan salah satu keberhasilan dari kebijakan pemerintah sejak 2007 yang menetapkan sektor ini sebagai program prioritas secara konsisten sampai 2022.

Dalam kurun 10 tahun, ekspor produk turunan kelapa sawit meningkat signifikan dari 20 persen pada 2010 menjadi 80 persen pada 2020. Hal ini sesuai target peta jalan pengembangan industri hilir kelapa sawit yang diatur melalui Peraturan Menteri Perindustrian Nomor 13 Tahun 2010.

Bahkan, saat ini terdapat 168 jenis produk hilir CPO yang telah mampu diproduksi oleh industri di dalam negeri untuk keperluan pangan, fitofarmaka/nutrisi, bahan kimia/oleokimia, hingga bahan bakar terbarukan/biodiesel FAME. Sementara pada 2011, hanya ada 54 jenis produk hilir CPO.

Rasio ekspor produk olahan sawit

Febri menyebut, hilirisasi industri berbasis kelapa sawit merupakan salah satu cerita sukses kebijakan pemerintah sejak 2007. Sektor ini ditetapkan sebagai program prioritas secara konsisten sampai 2022. Indikator pencapaian pelaksanaan program dapat ditinjau dari rasio ekspor bahan baku CPO/CPKO dengan produk olahan hilir sawit.

Pada 2007, rasionya 60 persen dibanding 40 persen, yang berarti ekspor masih didominasi produk mentah.  Pencapaian tersebut terus berkembang, hingga 2016-2020 rasio ekspor produk hilir berada pada angka 20 persen berbanding 80 persen.

“Lebih jauh lagi, pencapaian tahun 2021 meningkat menjadi 5,47 persen banding 94,53 persen. Hal ini menunjukkan kinerja industri pengolahan yang sangat masif dan didukung ketersediaan bahan baku,” ujarnya.

Lebih lanjut, industri kelapa sawit dan turunannya merupakan investasi yang bersifat highly capital intensive atau sangat padat modal dan berorientasi teknologi tinggi. Oleh karena itu, ketersediaan dan kemudahan akses bahan baku CPO atau minyak sawit mentah menjadi pertimbangan utama untuk menentukan penanaman modal di bidang industri hilir kelapa sawit.

"Begitu juga pelaksanaan peraturan pemerintah yang berlaku di sektor industri ini. Para pelaku usaha industri akan senantiasa menjalankan dan mematuhi seluruh aturan untuk menjaga keberlangsungan industri pengolahan kelapa sawit,” kata Febri.

Related Topics