BUSINESS

Tingkatkan Hilirisasi, Jokowi Berniat Setop Ekspor CPO

Rencana setop CPO ini guna mendukung rencana hilirisasi.

Tingkatkan Hilirisasi, Jokowi Berniat Setop Ekspor CPOPekerja memanen tanda buah segar kelapa sawit. ANTARA FOTO/Syifa

by Eko Wahyudi

14 October 2021

Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Presiden Joko Widodo, atau Jokowi ingin menghentikan ekspor minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) agar dapat diolah menjadi produk turunan. Keinginan tersebut sejalan dengan upaya hilirisasi komoditas mentah yang menjadi rencana besar dari pemerintahannya.

“Suatu titik nanti stop yang namanya ekspor CPO,” kata dia dalam pengarahan kepada peserta Program Pendidikan Singkat Angkatan (PPSA) XXIII dan alumni Program Pendidikan Reguler Angkatan (PPRA) LXII 2021 Lemhanas, Rabu (13/10).

Sebagaimana diketahui, wacana larangan ekspor CPO sempat digaungkan oleh Kementerian Perindustrian pada awal 2020 lalu. Namun, belum ada aturan terkait larangan tersebut. 

Dalam kesempatan tersebut, Jokowi mengatakan, komoditas minyak kepala sawit mentah dapat diolah menjadi produk bernilai tambah seperti kosmetik, mentega, biodiesel, hingga turunan lainnya.

Ia berharap, Indonesia memiliki keberanian untuk menghentikan ekspor bahan mentah, meskipun terdapat potensi gugatan hingga ke Organisasi Perdagangan Internasional (WTO). Ia mengatakan, Indonesia harus menghadapi gugatan tersebut agar tidak kehilangan kesempatan untuk mengintegrasikan industri besar di dalam negeri.

"Ini kan barang-barang kita. Mau kita jadikan pabrik di sini , mau kita jadikan barang di sini, hak kita dong," ujarnya.

Ekspor CPO tidak mendominasi

Menanggapi rencana dari Jokowi tersebut, Ketua Umum Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) Togar Sitanggang menyebutkan bahwa ekspor produk sawit Indonesia kini sudah tidak lagi didominasi dalam bentuk CPO.

Togar mengatakan, ada sejumlah faktor, termasuk di dalamnya kebijakan hilirisasi seperti pembuatan biodiesel atau bioavtur di dalam negeri. Hal ini telah memberikan kontribusi terhadap penurunan persentase ekspor CPO di Indonesia.

Bila arah kebijakan penghentian ekspor CPO adalah untuk mengerem keluarnya produk sawit secara umum ke luar negeri, ia merasa hal tersebut bukan hal mudah.

“Indonesia itu ekspor 60-70 persen produk sawitnya, dan pasar domestik naik menjadi 30-40 persen karena biodiesel. Memang sudah dari dulu Indonesia mengekspor lebih banyak daripada konsumsi dalam negeri,” ujarnya, Kamis (14/10).

Rincian data sawit

Berdasarkan data GAPKI, ekspor CPO hanya di kisaran 9,2 persen atau 2,114 juta ton sepanjang  Januari sampai Agustus 2021. Sementara itu total ekspor produk sawit sebesar 22,793 juta ton. Dari jumlah tersebut, produk hilir berkontribusi 90,8 persen mencapai 20,679 juta ton terhadap perdagangan ekspor sawit.

Pada 2020, ekspor produk hilir sawit terus stabil lebih tinggi daripada produk mentah. Untuk produk mentah seperti CPO dan CPKO berjumlah 21,9 persen atau 7,47 juta ton.  Produk hilir sawit mencapai 26,53 juta ton atau sekitar 78,1 persen diantaranya produk oleokimia, biodiesel, refined PKO, dan refined Palm Oil.

Pada 2019, ekspor sawit mentah dalam bentuk CPO dan Crude PKO sebesar 8,050 juta ton. Total ekspor di tahun ini mencapai 37,43 juta ton. Ini artinya, komposisi ekspor CPO dan Crude PKO hanya 21,5 persen.  Sementara itu, ekspor produk hilir berjumlah 29,38 juta ton atau sekitar 78,5 persen meliputi produk oleokimia, biodiesel, refined PKO, dan refined Palm Oil.