BUSINESS

LG Sepakat Lanjutkan Kerja Sama Baterai EV dengan Antam dan IBC

Realisasi investasi LG diharapkan bisa mulai tahun ini.

LG Sepakat Lanjutkan Kerja Sama Baterai EV dengan Antam dan IBCMenteri Investasi atau Kepala BKPM Bahlil Lahadalia (kanan) usai menggelar pertemuan bersama CEO LG Energy Solution Young Soo Kwon. (Doc: BKPM)
04 August 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Menteri Investasi/Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM), Bahlil Lahadalia, mengatakan LG Energy Solution berkomitmen melanjutkan kerja sama dengan BUMN dalam Proyek Titan bersama PT Aneka Tambang (Antam) dan Indonesia Battery Coorporation (IBC).

Hal itu dia sampaikan usai bertemu dengan Chief Executive Officer LG Energy Solution, Young Soo Kwon; Duta Besar Indonesia untuk Korea Selatan, Gandi Sulistiyanto; Direktur Utama PT Antam, Nico Kanter; dan Direktur Utama Indonesia Battery Corporation (IBC), Toto Nugroho, Kamis (3/8).

“Ini merupakan proyek yang digagas dari hasil pertemuan kedua kepala negara Indonesia dan Korea sejak tahun 2019 yang lalu,” ujarnya dalam keterangan resmi, dikutip Jumat (4/8).

Kerja sama sempat terkendala setelah diterbitkannya aturan Inflation Reduction Act (IRA) di Amerika Serikat yang mempengaruhi rantai pasok bahan baku baterai kendaraan listrik dunia.

Keputusan untuk melanjutkan proyek ini, menurut Bahlil, menunjukkan konsensus dan keinginan untuk mencapai tujuan bersama antara pemerintah Indonesia dengan LG Konsorsium untuk hilirisasi sumber daya alam, peningkatan nilai tambah, dan penciptaan lapangan kerja di Indonesia.

Bahlil juga menegaskan bahwa pemerintah akan sigap membantu percepatan realisasi investasi proyek ini.

"Pemerintah mengapresiasi komitmen LG untuk melanjutkan realisasi investasi ekosistem baterai kendaraan listrik di Indonesia. Kementerian Investasi berkomitmen terus mengawal proses perizinan dan kemudahan investasi LG di Indonesia agar cepat terealisasi dan memberikan manfaat, khususnya kedua negara Indonesia dan Korea,"  katanya.

CEO LG Energy Solution, Young Soo Kwon, mengapresiasi dukungan bagi megaproyek ini dan mengungkapkan bahwa konsorsium LG siap melanjutkan diskusi pendirian perusahaan yang diharapkan mendapatkan persetujuan dari dewan direksi masing-masing anggota konsorsium. Harapannya, konstruksi bisa dilakukan pada tahun ini.

“Tanpa dukungan pemerintah, sangat mustahil untuk bisa mencapai kesepakatan untuk memulai realisasi. Saat ini LG telah menyelesaikan hal yang tersulit dalam negosiasi antar konsorsium, yaitu penentuan pemegang saham di perusahaan patungan di setiap rantai pasok. Setelah tercapainya kesepakatan di struktur saham, LG konsorsium yakin negosiasi akan jauh lebih mudah dan menargetkan untuk memulai konstruksi pabrik katoda di tahun 2023,” kata Kwon.

Antam komitmen percepat realisasi investasi

Dalam kesempatan sama, Direktur Utama PT Antam, Nico Kanter, mengatakan perusahaannya berkomitmen untuk mengakomodasi kebutuhan dari proyek ini. Menurutnya, salah satu kunci utama dalam mewujudkan kesuksesan megaproyek ini adalah kolaborasi dan komunikasi yang baik dari semua pihak.

“Antam dan seluruh konsorsium BUMN yang terlibat dalam proyek pengembangan ekosistem baterai kendaraan listrik (grand package) LG, memiliki komitmen yang sama untuk melakukan percepatan dan siap bernegosiasi untuk memberikan keuntungan bagi kedua pihak,” ujar Nico.

Sebelumnya, dia mengatakan perusahannya masih menghitung valuasi sumber daya nikel yang akan mereka tambang untuk bahan baku baterai kendaraan listrik (EV Battery). Pasalnya, valuasi tersebut akan menentukan setoran modal Antam pada dua perusahaan tambang hasil patungan dengan LG Energy Solution.

Menurut Nico, butuh jutaan metrik ton nikel untuk memasok proyek raksasa industri baterai EV yang terintegrasi hulu ke hilir tersebut—disebut sebagai Proyek Titan.

Proyek Titan rencananya terdiri dari kerja sama LG energy dari sisi hulu hingga midstream digarap bersama dengan BUMN seperti Antam hingga Indonesia Battery Corporation (IBC).

Dalam proyek ini, Antam memerlukan pasokan ore nikel 16 juta metrik ton per tahun. Karena itu, valuasi cadangan nikelnya harus dihitung dengan sangat hati-hati.

Terlebih, hitungan tersebut juga akan menjadi dasar penghitungan modal pada perusahaan patungan di sektor middle stream, yakni smelter yang memproses ore nikel menjadi feronikel dengan teknologi RKAF atau Mixed Hydroxide Precipitate (MHP) dengan teknologi HPAL.

"Kalau resources, kami akan melakukan valuasi komprehensif, karena ini jadi modal kita juga. Kami akan melakukan ini dengan dibantu konsultan. Dan pada akhirnya, sebelum kami mendivestasikan (cadangan) ini akan mendapatkan persetujuan KJPP," ujarnya.

Megaproyek senilai US$9,8 Miliar atau Rp142 triliun ini merupakan proyek kerja sama antara konsorsium LG dan konsorsium BUMN IBC, yang terdiri dari LG Energy Solution, LG Chem, Huayou, LX International, Posco Future M, Antam dan IBC.

Langkah awal proyek ini dimulai dari pembangunan pabrik sel baterai di Karawang dengan total investasi US$1,1 miliar. Pabrik tersebut akan memproduksi sel baterai 10 GWh secara komersial pada April 2024.

Selanjutnya investasi megaproyek akan dilanjutkan dengan pembangunan pabrik smelter, prekursor dan katoda, serta kerja sama pertambangan yang saat ini dimiliki Antam di Buli, Halmahera. 

Komisaris Utama IBC yang juga Deputi Bidang Promosi Penanaman Modal, Ikmal Lukman, mengatakan kepada Fortune Indonesia bahwa IBC saat ini juga masih terus menegosiasikan pengambilalihan minoritas saham atas produksi sel baterai LG di Karawang.

Nantinya, IBC akan mengempit 5 persen dari perusahaan di Karawang tersebut sebagai bagian dari kerja sama Proyek Titan dengan LG.

"Ini masih kami negosiasikan karena sudah termasuk dalam rencana awal kerja sama," ujarnya.

Related Topics