BUSINESS

Mengenal Konsep MVP dalam Bisnis Startup: Arti dan Manfaat

MVP akan membantu penciptaan produk di awal.

Mengenal Konsep MVP dalam Bisnis Startup: Arti dan ManfaatIlustrasi startup. Shutterstock/Indypendenz
25 January 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Perusahaan rintisan yang berhasil memasarkan produknya di pasar biasanya memiliki Minimum Viable Product (MVP) yang bagus. Karena itu, konsep MVP dalam mengembangkan produk menjadi penting untuk dipelajari bagi siapa pun yang tengah membangun startup.

MVP merujuk kepada serangkaian produk yang dikembangkan dengan fitur yang cukup untuk menarik perhatian pengguna di awal. Nantinya, setelah produk tersebut dirilis, pengguna dapat memberikan masukan atau umpan balik kepada pembuat produk.

Menurut laman Jurnal, MVP dibuat dengan asumsi bahwa fitur dalam produk secara lengkap baru akan dikembangkan setelah proses pengembangan awal selesai. Hal ini demi menghemat biaya.

Metode penciptaan produk tersebut dicetuskan oleh oleh Eric Ries, seorang konsultan perusahaan startup. Ries melalui MVP bertujuan untuk meminimalisir pengembangan produk dengan memaksimalkan masukan dari contoh produk awal yang sederhana.

Jadi, dengan membuat MVP, perusahaan tidak perlu membuat produk dengan fitur yang tinggi. Dalam hal ini, produk hanya dibuat dengan tujuan memiliki nilai guna tinggi ketika dimanfaatkan oleh konsumen. Nantinya, setelah digunakan oleh pelanggan, mereka dapat memberikan feedback yang dapat digunakan perusahaan untuk menyempurnakan produk dan menghasilkan produk akhir.

Dalam bahasa yang lebih sederhana, MVP bertujuan untuk memberikan berbagai gambaran yang sangat jelas terkait nilai guna dan manfaat utama dari produk terkait.

Contoh MVP

Benchmarketing adalah membandingkan produk dengan kompetitor
ilustrasi benchmarketing (unsplash.co/Glenn Carstens-Peters)

Menurut laman Accurate, terdapat tiga elemen dalam MVP. Misalnya begini. Suatu MVP perusahaan mesti memiliki nilai yang cukup menarik bagi pengguna. Karakteristik lain yakni, MVP tersebut mesti memiliki manfaat di masa depan. Itu belum termasuk karakter MVP lain seperti menyediakan ruang untuk masukan sebagaimana disinggung di awal.

Untuk lebih memahami MVP, maka berikut disajikan contohnya seperti dilansir dari laman Majoo. Dropbox pada awalnya merupakan layanan penyimpanan file berbasis komputasi dan hanya dirilis tanpa ada produknya sama sekali,

Pendiri Dropbox, Arash Ferdowsi dan Drew Houston, cuma membagikan video sederhana yang menunjukkan cara kerja DropBox. Namun, di luar dugaan, video tersebut sukses menarik minat puluhan ribu orang untuk mulai mencoba DropBox.

Contoh lain Zappos. Sebelum perusahaan ritel itu diakuisisi oleh Amazon pada Juli 2009, Zappos hanya toko sepatu daring biasa. Nick Swinmurn, pendiri Zappos menerapkan MVP dalam prosesnya.

Semula, Zappos tidak memiliki produk sama sekali. Pendirinya hanya mengunggah foto sepatu yang akan dijual ke situs web. Lantas, saat ada konsumen yang memesan, Nick akan pergi ke toko sepatu konvensional dan membelinya. Kemudian, dia sendiri yang mengirimkan sepatu itu kepada pemesan.

Manfaat MVP

feedback adalah penilaian mengenai produk atau pelayanan
ilustrasi feedback (freepik.com/freepik)

Related Topics