Iklan - Scroll untuk Melanjutkan
Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
ilustrasi manufaktur (pexels.com/Kateryna Babaieva)
ilustrasi manufaktur (pexels.com/Kateryna Babaieva)

Intinya sih...

  • PMI Manufaktur naik ke 53,3 pada November 2025, lebih besar dari 51,2 pada bulan sebelumnya.

  • Pesanan baru meningkat,terutama dari pasar domestik.

  • Lonjakan permintaan memicu peningkatan kapasitas produksi dan harga input.

Disclaimer: This summary was created using Artificial Intelligence (AI)

Jakarta, FORTUNE — Aktivitas manufaktur Indonesia menunjukkan penguatan seiring makin mendekatnya penutupan tahun. Peningkatan pesanan mengalami pertumbuhan pesat dan mendorong Purchasing Managers’ Index (PMI) Manufaktur ke level 53,3 pada November 2025, dari 51,2 pada bulan sebelumnya.

Lonjakan permintaan datang terutama dari pasar domestik, meski pesanan ekspor justru turun tajam dan menyentuh level pelemahan terdalam dalam 14 bulan. Kombinasi ini menggerakkan kembali output, menambah tenaga kerja, mempertinggi tumpukan pekerjaan serta aktivitas pembelian.

Menurut Ekonom S&P Global Market Intelligence, Usamah Bhatti, hasil survei terkini menunjukkan momentum perbaikan yang kian kuat menjelang akhir tahun.

“Kenaikan pesanan baru berkontribusi pada kembalinya ekspansi tingkat produksi, dengan pesanan baru meningkat pada laju tercepat sejak Agustus 2023. Perekonomian domestik menjadi pendorong utama permintaan, sementara pesanan ekspor baru turun lebih tajam,” kata dia dalam keterangannya, Senin (1/12).

Lonjakan permintaan juga memicu peningkatan kapasitas. Perusahaan menanggapi beban kerja yang meningkat dengan menambah tenaga kerja dan menaikkan pembelian input produksi.

Tumpukan pekerjaan naik pada laju tercepat sejak September 2021, dan itu menandakan adanya tekanan kapasitas pada lini produksi. Pada November, untuk pertama kalinya dalam tiga bulan, produksi kembali tumbuh dan menjadi ekspansi tercepat sejak Februari.

Produsen memanfaatkan peningkatan ini untuk menambah persediaan barang jadi sebagai antisipasi permintaan berkelanjutan. Aktivitas pembelian bahan baku pun melonjak dan menghasilkan akumulasi stok input terbesar dalam delapan bulan.

Namun, di sisi lain, rantai pasokan mengalami tekanan. Waktu tunggu pengiriman kembali memanjang selama dua bulan beruntun, dipicu cuaca buruk dan keterlambatan distribusi.

Bahkan, tingkat keterlambatan tersebut menjadi yang paling tinggi sejak Oktober 2021.

Kenaikan harga bahan baku jadi beban

Di tengah geliat produksi, tekanan harga semakin terasa. Inflasi harga input melonjak dan mencapai titik tertinggi sejak Februari, dipengaruhi kenaikan harga bahan baku dan pelemahan nilai tukar.

Produsen tak bisa menahan seluruh beban tersebut, sehingga sebagian dialihkan kepada pelanggan melalui kenaikan harga pabrik ke level tertinggi dalam 19 bulan.

“Produsen juga mencatat bahwa tekanan harga semakin intensif menjelang akhir tahun. Inflasi biaya merupakan yang tertinggi dalam sembilan bulan," ujar Usamah.

Meski kondisi operasional tumbuh positif, optimisme pelaku industri terhadap kondisi satu tahun ke depan sedikit melemah.

Tingkat kepercayaan diri menjadi yang terendah dalam empat bulan, sekaligus terlemah sejak survei dimulai pada April 2012.

Namun, prospek permintaan yang diperkirakan tetap kuat serta daya beli yang meningkat menjadi dasar keyakinan bahwa ekspansi manufaktur dapat berlanjut pada tahun mendatang.

Dengan permintaan domestik yang kembali solid dan PMI melaju di atas level netral, industri manufaktur Indonesia menunjukkan langkah yang mantap memasuki pengujung 2025—meski tekanan biaya dan pelemahan ekspor masih membayangi.

 

Editorial Team