Pembiayaan Haji-Umrah Jadi Ceruk Baru Industri Multifinance

Jakarta, FORTUNE - Saat ekonomi melambat dan permintaan pembiayaan otomotif turun, minat masyarakat untuk beribadah ke Tanah Suci justru tetap menguat. Fenomena ini membuka ceruk baru bagi industri pembiayaan: layanan haji dan umrah berbasis syariah.
Tren itu terlihat dari kisah Munifah, seorang guru yang memutuskan berangkat umrah lebih cepat tanpa menunggu tabungannya mencukupi. Ia mengajukan pembiayaan ke PT Sharia Multifinance Astra (AMITRA) dengan tenor tiga tahun dan uang muka 20 persen dari biaya perjalanan sekitar Rp30 juta. “Yakin karena ini niat ibadah. Saya pilih jangka waktu cicilan yang paling panjang supaya ringan tiap bulan,” ujarnya. Ramadan 2025, ia akhirnya menunaikan umrah di Mekah.
Munifah hanya satu dari ribuan pengguna pembiayaan syariah yang terus bertambah. Data OJK menunjukkan piutang pembiayaan syariah per Februari 2025 mencapai Rp28,24 triliun. Angka tersebut mengindikasikan bahwa perjalanan spiritual kini juga merupakan keputusan keuangan yang terukur.
Presiden Direktur AMITRA, Inung Widi Setiadi, menyebut potensi bisnis ini sangat besar. “Pasar haji dan umrah di Indonesia, dengan mayoritas penduduk Muslim mencapai 80 persen, tentu memiliki potensi yang sangat besar,” katanya. Hingga kuartal I-2025, pendaftaran haji reguler sudah menyentuh 73.000 jemaah, tumbuh 43 persen dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara jumlah keberangkatan umrah 2024 mencapai 1,41 juta jemaah, naik 8 persen year-on-year.
Permintaan yang tak surut membuat perusahaan pembiayaan turun tangan. Mereka kini menawarkan talangan pendaftaran haji dan cicilan umrah, memindahkan layanan yang sebelumnya didominasi bank syariah ke model yang lebih luas dan mudah diakses. “Melihat potensi ini, tentu peluang pembiayaan syariah untuk haji dan umrah sangat besar,” ujar Inung.
Untuk menjaga kepatuhan syariah, AMITRA menggunakan akad ijarah multijasa sesuai rekomendasi DPS, fatwa DSN MUI, dan regulasi OJK. Calon jemaah bisa langsung berangkat setelah pembiayaan disetujui, dan mencicil biaya setelah kembali. Untuk haji, pembiayaan difokuskan pada pendaftaran agar calon jemaah memperoleh nomor antrean.
Gelombang Baru Diversifikasi
AMITRA, layanan syariah dari FIF Group, mulai menggarap pembiayaan ibadah sejak 2015. Setelah sempat melambat akibat pandemi, pertumbuhan kembali menguat. “Tapi sejak ekonomi membaik, grafik pertumbuhan kami juga positif,” ujar Doni Prajudi, Penanggung Jawab Unit Usaha Syariah FIF.
Segmen konsumennya beragam, dari guru, pekerja swasta, hingga pedagang. Usia jemaah mulai 17 tahun (menikah) hingga maksimal 60 tahun.
Adira Finance juga melihat peluang serupa. Setelah memperkenalkan pembiayaan umrah pada 2017, perusahaan ini kini memusatkan fokus pada pembiayaan haji. Semester II-2025, Adira akan merilis produk haji penuh sebagai bagian dari ekspansi syariah. “Hingga kuartal I-2025, pembiayaan syariah kami secara keseluruhan, termasuk segmen haji dan umrah, telah mencapai Rp1,7 triliun,” kata Niko Kurniawan, Direktur Penjualan, Pelayanan, dan Distribusi Adira Finance.
Meski bisnis otomotif menurun, Adira tetap menutup 2024 dengan pembiayaan syariah sebesar Rp7,8 triliun, menunjukkan ketahanan sektor ini.
WOM Finance tak ketinggalan dengan meluncurkan produk HajiKu pada 2024. Perusahaan menawarkan DP 0 persen untuk pendaftaran haji, tenor hingga tujuh tahun, dan plafon Rp15 juta–Rp25 juta. “Sejak diluncurkan, HajiKu mendapat sambutan sangat positif. Kami menyasar masyarakat yang belum pernah mendaftar haji,” ujar Direktur WOM Finance, Wibowo.
Sepanjang 2024, pembiayaan syariah WOM mencapai Rp173 miliar, naik 23 persen. Tahun ini, perusahaan menargetkan penyaluran Rp438 miliar.
Tantangan dan Inovasi Pasar
Meski peluang besar, tantangan tetap ada. Bagi pelaku industri, pembiayaan haji dan umrah bukan sekadar soal margin. Kepercayaan publik dan kualitas layanan menjadi faktor utama.
AMITRA memasang target pembiayaan haji dan umrah Rp1,1 triliun pada 2025, dengan rasio NPF dijaga di bawah 4 persen. Asuransi jiwa diwajibkan untuk pembiayaan umrah, sementara pembiayaan haji mengandalkan agunan seperti buku tabungan hingga Surat Pendaftaran Pergi Haji (SPPH).
Adira menjaga NPF syariah umrah di bawah 1 persen dan menggandeng puluhan biro perjalanan resmi Kemenag. WOM Finance menghadapi tantangan literasi, termasuk persepsi keliru bahwa Rp25 juta cukup untuk berangkat haji. Karena itu, edukasi akad syariah menjadi fokus utama.
Inovasi juga mengalir. Adira menyiapkan produk HASANAH untuk pembiayaan antrean Haji Plus, sementara WOM Finance akan menghadirkan produk IMBT untuk pembiayaan kendaraan dan dana multiguna umrah.
AMITRA pun memanfaatkan momentum puncak penjualan paket umrah di pertengahan Syawal dan bersiap menghadapi musim umrah berikutnya setelah haji selesai pada Juli 2025.
Di tengah berbagai dinamika itu, pembiayaan syariah semakin terbukti menjadi tulang punggung ekonomi religi Indonesia. Bukan hanya memenuhi kebutuhan spiritual masyarakat, tetapi juga menjadi mesin pertumbuhan baru bagi industri multifinance, menghubungkan niat ibadah dengan instrumen keuangan yang aman, terukur, dan berlandaskan syariah.

















