Baca artikel Fortune IDN lainnya di IDN App
IDN Ecosystem
IDN Signature Events
For
You

RI Gabung BRICS, Kemenperin Bidik Transformasi dan Penguatan Industri

Indonesia Resmi Jadi Anggota Penuh BRICS/Foto: 123RF
Intinya sih...
  • Keanggotaan Indonesia dalam BRICS proyeksi akselerasi transformasi industri manufaktur nasional dan ekonomi global.
  • BRICS bisa mendukung diversifikasi mitra dagang, penguatan struktur industri, dan akses terhadap New Development Bank.
  • Akses pasar baru diharapkan mempercepat implementasi agenda Making Indonesia 4.0 dan meningkatkan daya saing di pasar domestik maupun ekspor.

Jakarta, FORTUNE — Keanggotaan Indonesia dalam blok ekonomi BRICS diproyeksikan memberikan dampak signifikan terhadap akselerasi transformasi industri manufaktur nasional dan perluasan pasar dan konektivitas ekonomi global.

Hal ini diungkap Menteri Perindustrian (Menperin) Agus Gumiwang Kartasasmita dalam pernyataan resminya menyusul pengesahan keanggotaan Indonesia dalam BRICS pada Januari 2025.
Dengan masuknya Indonesia, BRICS kini beranggotakan 10 negara, termasuk Brazil, Rusia, India, China, Afrika Selatan, Mesir, Ethiopia, Iran, dan Uni Emirat Arab. Aliansi ini mewakili lebih dari 40 persen populasi global dan hampir seperempat PDB dunia.

"Keanggotaan ini merupakan langkah strategis yang membuka akses lebih luas terhadap pasar, pendanaan, serta teknologi global, khususnya untuk penguatan sektor manufaktur nasional," ujar Agus dalam keterangan resmi dikutip Selasa (20/5).

Agus mengatakan,  BRICS bisa dilirik sebagai kendaraan strategis untuk mendorong diversifikasi mitra dagang dan penguatan struktur industri dalam negeri. Akses terhadap New Development Bank (NDB) juga dinilai penting dalam mendukung pembiayaan proyek industri prioritas, khususnya yang berorientasi pada teknologi, digitalisasi, dan energi hijau.

"BRICS memungkinkan Indonesia mengurangi ketergantungan terhadap sistem keuangan berbasis dolar AS dan mendorong lahirnya arsitektur ekonomi global yang lebih inklusif," katanya.

Akses Pasar Baru

Keikutsertaan Indonesia juga diharapkan mempercepat implementasi agenda Making Indonesia 4.0, melalui kerja sama dalam bidang smart manufacturing, otomatisasi, dan pengembangan teknologi digital. Pemerintah menilai BRICS sebagai platform strategis untuk memperkuat transformasi industri, baik pada skala besar maupun sektor industri kecil dan menengah (IKM).

"Melalui kolaborasi BRICS, pelaku IKM nasional dapat mengakses teknologi seperti kecerdasan buatan dan digitalisasi produksi, sehingga meningkatkan daya saing di pasar domestik maupun ekspor," ujarnya.

Data Bank Dunia mencatat nilai Manufacturing Value Added (MVA) Indonesia pada 2023 mencapai US$255,96 miliar, menempatkan Indonesia di posisi keempat terbesar di antara anggota BRICS, setelah Cina (US$4.658,79 miliar), India (US$461,38 miliar), dan Brasil (US$289,79 miliar). Posisi ini menunjukkan kapasitas manufaktur nasional yang kompetitif di tingkat global.

Indonesia juga tercatat sebagai kekuatan industri manufaktur terbesar di ASEAN, melampaui Thailand dan Vietnam, serta menduduki peringkat kelima di Asia setelah Cina, Jepang, India, dan Korea Selatan.

Menurut Menperin, keanggotaan di BRICS merupakan langkah afirmatif untuk memperkuat posisi Indonesia dalam ekonomi global yang semakin multipolar. Fokus pada inovasi, efisiensi produksi, serta kolaborasi teknologi menjadi kunci dalam membangun industri yang berkelanjutan dan inklusif.

"Melalui BRICS, Indonesia tidak hanya memperluas jejaring ekonomi, tetapi juga menguatkan fondasi industri nasional untuk tumbuh berdaya saing di kancah global," tutup Agus.

Share
Topics
Editorial Team
Ekarina .
EditorEkarina .
Follow Us