Jakarta, FORTUNE - SUN Energy menyiapkan strategi untuk memperkuat dominasinya di pasar energi tenaga surya pada 2026.
CEO SUN Energy, Emmanuel Jefferson Kuesar, menegaskan bahwa perusahaan menargetkan tetap menjadi pemain utama, kendati Kementerian ESDM membatasi kuota Pembangkit Listrik Tenaga Surya (PLTS) Atap sebesar 485 MW untuk tahun depan.
Menurutnya, kuota tersebut membuka peluang pasar yang besar, dan SUN Energy ingin menjadi penguasa pasar terbesar dalam distribusi kapasitas tersebut.
“Untuk tahun 2026, kita tetap menargetkan untuk jadi nomor 1, jadi, walaupun ada kuota yang pemerintah keluarkan di tahun 2026,” kata Emmanuel saat media breafing di Jakarta, Kamis (18/12).
Meski peluang PLTS atap semakin terbatas berkat kuota pemerintah, sehingga SUN Energy memperluas portofolio bisnisnya. Emmanuel mengatakan bahwa perusahaan memperkuat fokus ke berbagai segmen lain, mulai dari ground-mounted solar, floating solar, hingga pengembangan battery storage system (BSS). Ia menambahkan bahwa pihaknya tengah menunggu regulasi baru terkait ground-mounted solar yang sedang disusun pemerintah, karena aturan tersebut akan membuka ruang ekspansi yang jauh lebih besar untuk solar panel dalam skala besar.
Saat ini SUN Energy memiliki portofolio hampir 400 MW secara grup. Dari kapasitas tersebut, sekitar 250 MW berada di Indonesia, menjadikan pasar domestik sebagai kontributor terbesar. Sementara itu, 130 MW berada di Australia, dan masing-masing 20 MW di Vietnam dan Thailand. Emmanuel menyebut bahwa meski perusahaan terus berekspansi secara internasional, Indonesia tetap menjadi fokus utama.
Dengan estimasi total instalasi PLTS nasional yang mencapai sekitar 1 GW, SUN Energy mengklaim posisinya sebagai pemimpin pasar masih sangat kuat.
