Menggali Prospek dan Tantangan Ekspor Vanili Indonesia
Bagaimana kunci untuk perluas pasar ekspor vanili?
Jakarta, FORTUNE - Sebagai produsen vanili terbesar kedua secara global setelah Madagaskar, Indonesia berpeluang besar dalam ekspor vanili. Apalagi di tengah kekhawatiran pasokan vanili global yang berpeluang mendongkrak harganya.
Kepala Divisi Riset dan Pengembangan Lembaga Pembiayaan Ekspor Indonesia (LPEI), Rini Satriani menjelaskan, kekhawatiran terhadap pasokan vanili dunia muncul karena adanya beberapa faktor. "Seperti kekeringan, angin topan, dan praktik pertanian yang buruk di Madagaskar. Hal ini dapat menjadi peluang bagi vanili Indonesia," katanya, dikutip Selasa (17/10).
Data Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa (FAO) pada 2020 menunjukan, Indonesia menyumbang sekitar 30,3 persen dari produksi vanili dunia dengan produksi sekitar 2.306 ton, berada di belakang Madagaskar yang menguasai 39,1 persen (2.975 ton) produksi dunia.
Meskipun begitu, Indonesia masih di peringkat ketujuh dalam hal ekspor vanili dunia, dengan kontribusi sekitar 2,63 persen terhadap total ekspor vanili dunia. Dus, masih ada potensi besar untuk meningkatkan ekspor vanili Indonesia. ITC Export Potential Map memproyeksikan peningkatan ekspor vanili Indonesia ke seluruh dunia sebesar US$59 juta.
Namun, ada beberapa tantangan yang harus dihadapi untuk bisa memaksimalkan peluang tersebut.
Tantangan di balik peluang perbesar ekspor vanili Indonesia
LPEI menjelaskan, saat ini ada beberapa variabel yang mempengaruhi ekspor vanili Indonesia, yakni: harga vanili Prancis sebagai pesaing utama, PDB per kapita Indonesia, PDB per kapita negara tujuan ekspor, jarak ekonomi, dan nilai tukar mata uang.
Rini mengatakan, kenaikan harga vanili di Prancis sebesar 10 persen membuat volume ekspor vanili Indonesia meningkat 0,41 persen, ceteris paribus. "Kenaikan harga ekspor vanili dari negara pesaing, seperti Perancis, membuat negara-negara pengimpor cenderung memilih ekspor dari negara lain, termasuk Indonesia. Ini menciptakan peluang signifikan bagi Indonesia untuk meningkatkan pangsa pasarnya,” imbuhnya.
Secara global, harga vanili sangat tinggi. Pada 2022, rata-rata mencapai EUR270,40 per kilogram untuk vanili ekstrak dan EUR175,56 per kilogram untuk vanili utuh. Tingginya harga Vanili membuat vanili mendapatkan julukan tanaman "si emas hitam".
Lebih lanjut, faktor jarak ekonomi pun berdampak pada permintaan vanili di Asia Tenggara. Negara-negara tetangga regional, seperti Singapura, Thailand, dan Malaysia, lebih memilih ekspor vanili dari Indonesia daripada negara pesaing seperti Madagaskar, Perancis, dan Jerman.
Adapun, secara historis, lima negara tujuan utama ekspor vanili asal Indonesia adalah Amerika Serikat (64,93 persen), Jerman (8,62 persen), Belanda (7,53 persen), Singapura (2,63 persen), dan Kanada (2,50 persen) pada 2022. Lalu, dari segi kenaikan permintaan vanili Indonesia yang signifikan, ada negara-negara seperti Perancis, Amerika Serikat, Belgia, Inggris, dan Mauritius.
Meskipun potensi ekspornya besar, ada beberapa tantangan yang bagi produsen dan eksportir vanili Indonesia, termasuk: pasokan yang tidak stabil akibat cuaca dan iklim yang fluktuatif. Upaya seperti peningkatan mutu produk, kapasitas produksi, dan perluasan pasar ekspor menjadi langkah penting guna membuka peluang ekspor lebih luas di masa depan.
Oleh karena itu, upaya pengembangan komoditi vanili tidak hanya terbatas pada dukungan pembiayaan, tetapi juga harus memberikan manfaat dalam meningkatkan kualitas produk, kesejahteraan masyarakat, dan kelestarian lingkungan. Untuk itu, LPEI sebagai Special Mission Vehicle (SMV) Kementerian Keuangan RI, menjadi mitra strategis dalam ekosistem ekspor yang fokus pada beyond financing, developmental impact, dan sustainability.
Kepala Divisi Jasa Konsultasi LPEI, Sofyan Irianto Naibaho, mengatakan, LPEI bersama DJKN dan Bea Cukai melakukan langkah demi meningkatkan kualitas mutu produk, kapasitas produksi, dan perluasan pasar ekspor vanili kepada 200 petani dari 20 desa di Kabupaten Manggarai dan Manggarai Barat.
"Kami berharap upaya ini dapat membantu petani vanili meningkatkan kualitas produksi dan membuka peluang ekspor yang lebih luas di masa depan," ujarnya.