FINANCE

DBS Group Research: Indonesia Menunda Harapan Pemulihan

Pembatasan wilayah diperketat untuk putus penularan.

DBS Group Research: Indonesia Menunda Harapan PemulihanFoto Gedung DBS. (Dok. DBS)
10 August 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) di Jawa dan Bali berpengaruh pada perekonomian. Kebijakan pemerintah dalam menekan angka penularan Covid-19 itu membuat masyarakat perlu menunda harapan pemulihan ekonomi, begitu simpulan riset DBS Group Research pada Senin (26/7).

Sektor ekonomi formal telah melakukan penyesuaian secara lebih baik terhadap kebijakan pembatasan kegiatan. Riset memperkirakan sekitar 30% dari kegiatan ekonomi, terutama kegiatan dengan kontak intensif, akan terpengaruh secara langsung. 

Sementara itu, permintaan konsumsi kemungkinan melemah pada triwulan ketiga 2021 di tengah pembatasan lokal. Tabungan kemungkinan meningkat karena terjadi penundaan pembelian. Ketidakpastian dalam urusan lapangan pekerjaan pun bertambah. Proyeksi pelemahan di sisi permintaan kemungkinan akan meredam minat investasi swasta, yang turun 0,2% pada triwulan pertama 2021.

Berdasarkan laporan Kinerja dan Fakta Anggaran Pendapatan dan belanja Negara (APBN) periode Juli 2021 yang dirilis Kementerian Keuangan (Kemenkeu), hingga pertengahan tahun, APBN Indonesia masih defisit sebesar Rp283,2 triliun atau 1,72% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Hal ini menunjukkan bahwa belanja negara masih lebih besar daripada pemasukan.

Selain itu, utang pemerintah pada Juni 2021 mencapai Rp6.554,56 triliun. Jumlah ini meningkat Rp136,4 triliun dari bulan Mei 2021 sebesar Rp6.418,15 triliun. Jumlah ini pun membuat rasio utang pemerintah terhadap PDB mencapai 41,35% dan meningkat 40,49% dari bulan Mei 2021. Kenaikan utang ini disebabkan oleh kondisi Indonesia yang masih berada dalam masa pemulihan, terlebih situasi PPKM yang menahan laju pemulihan ekonomi.

Dengan memperhitungkan hal tersebut, DBS memperkirakan ekspansi kuartalan (qtq) pada triwulan kedua akan diikuti oleh kontraksi pada triwulan ketiga, membuat pertumbuhan setahun penuh di angka 3,5% (yoy). Angka ini turun dari ekspektasi sebelumnya sebesar 4% (yoy).  

Hal ini sejalan dengan proyeksi pertumbuhan 2021 resmi pemerintah pada akhir Juli 2021 yang juga turun menjadi 3,5-4,3 persen (yoy) dengan titik tengah 3,9% (yoy). Angka ini turun dari perkiraan sebelumnya yang berada di kisaran 4,1-5,1 persen (yoy).

Tahun lalu, perekonomian Indonesia tumbuh lebih baik dari rata-rata negara Asia Tenggara. Menurut Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, dikutip dari laman resmi Kementerian Keuangan, “Indonesia mengalami kontraksi sebesar minus 2,07 persen pada 2020,” sehingga perekonomian negeri ini terjaga dari dampak pandemi Covid-19 “di level moderat”.

Related Topics