Ambisi Danantara Merger 16 Asuransi BUMN, Aset Tembus Rp241 Triliun

- Danantara berencana merger 16 asuransi BUMN dengan skala usaha kecil dan tidak mampu bersaing
- Aset asuransi BUMN tembus Rp241 triliun, namun distribusi pendapatan belum merata
- Pengamat menilai konsolidasi harus jelas, kapasitas retensi risiko ditingkatkan, dan integrasi sistem perlu diperhatikan
Jakarta, FORTUNE – Badan Pengelola Investasi (BPI) Danantara berencana untuk melakukan konsolidasi industri asuransi dengan melakukan merger kepada 16 perusahaan asuransi pelat merah yang memiliki skala usaha kecil dan tidak mampu bersaing.
Hal itu dilontarkan Chief Operating Officer Danantara, Dony Oskaria saat IKA Fikom Unpad Executive Breakfast Meeting di Hutan Kota by Plataran, Jakarta beberapa waktu lalu. Dony mengatakan, hampir seluruh bisnis BUMN memiliki unit usaha asuransi sendiri dan dinilai tidak efisien. Untuk itu, pihaknya tengah melakukan kajian mendalam terkait konsolidasi ini.
“Jasa Raharja punya insurance, kemudian Pertamina punya Tugu Insurance, BRI punya insurance, BNI punya insurance. Tapi tidak cukup size-nya, tidak kompetitif,” kata Dony.
Ambisi Pemerintah melalui Danantara ini tentu bukan hal baru. Sebelumnya, BUMN juga telah menggabungkan Holding IFG pada 2020 silam. Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun saat ini juga tengah melakukan pembahasan dengan IFG Group terkait rencana ini.
Pengamat Asuransi sekaligus Ketua Umum Komunitas Penulis Asuransi Indonesia (KUPASI) Wahyudin Rahman menilai, aksi konsolidasi ini dalam realitanya tak semua sesuai harapan dan masih jauh dari roadmap Pemerintah. Namun demikian, upaya itu perlu diapresiasi untuk menjaga keberlangsungan bisnis asuransi di tengah berbagai tantangan solvabilitas.
“Tak dapat dimungkiri, kondisi industri asuransi belum sepenuhnya stabil. Beberapa entitas masih menghadapi isu solvabilitas dan cadangan teknis berkepanjangan. Penerapan PSAK 117 juga berpotensi memangkas pendapatan premi dan ekuitas,” kata Wahyudin kepada Fortune Indonesia (3/7).
Aset asuransi BUMN tembus Rp241 triliun dan bersaing secara global

Berdasarkan data Tim Riset Kupasi, saat ini BUMN memiliki 6 perusahaan asuransi umum, 5 asuransi jiwa, 3 reasuransi, dan 1 penjaminan. Belum lagi, 5 perusahaan umum dan 1 asuransi jiwa yang dimiliki oleh anak usaha dana pensiun BUMN. Wahyudin menyebut kondisi ini memperpanjang rantai struktur yang rumit dan tumpang tindih.
Padahal, bila digabungkan, total aset gabungan asuransi milik BUMN bisa mencapai Rp241 triliun. Sebagai perbandingan saja, aset BUMN asuransi di Singapura dan Malaysia sudah menembus Rp500 triliun. Namun demikian, karena banyaknya cabang anak usaha di BUMN membuat distribusi pendapatan bisnis belum merata.
Menurutnya, Danantara perlu memperhatikan tiga hal utama dalam aksi korporasi ini. Pertama, skema konsolidasi harus jelas. “Konsolidasi dalam bentuk holdingisasi berdasarkan jenis usaha dan spesialisasi dinilai lebih ideal ketimbang merger-akuisisi total,” katanya.
Skema ini juga tidak hanya meminimalkan gangguan operasional, tetapi juga menjamin keberlanjutan tenaga kerja dan kesinambungan layanan kepada nasabah. Selain itu, poin kedua adalah strategi bisnis. Kapasitas retensi risiko harus ditingkatkan untuk menekan premi reasuransi ke luar negeri. Dan ketiga ialah integrasi sistem dan budaya.