FINANCE

PBB Minta Bank Sentral Hentikan Peningkatan Suku Bunga Acuannya

Negara-negara miskin paling berisiko terdampak.

PBB Minta Bank Sentral Hentikan Peningkatan Suku Bunga AcuannyaThe Federal Reserve ( FED ) to control interest rates. (Shutterstock/Pla2na)
04 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Organ utama Majelis Umum PBB yang biasa menangani isu perdagangan, investasi, dan pembangunan--dikenal dengan label UNCTAD--menyerukan pada otoritas moneter negara atau bank sentral untuk tidak lagi meningkatkan suku bunga. Lembaga tersebut meminta agar kebijakan moneter yang diambil oleh sejumlah regulator Barat seperti Fed di Amerika Serikat (AS) atau Bank of England di Inggris tidak lagi diikuti. 

Dalih utama UNCTAD adalah kebijakan semacam itu dapat memicu terjadinya resesi yang lebih buruk ketimbang situasi pascakrisis keuangan global pada 2007-08. 

Dalam laporan berjudul Trade and Development Report 2022, UNCTAD menyatakan dunia tengah berjalan menuju resesi dan stagnasi ekonomi berkepanjangan kecuali jika negara-negara maju mengubah arus kebijakan moneter dan fiskal saat ini. Kelesuan sebenarnya telah menampakkan diri selama pandemi seiring adanya kejutan dari sisi pasokan, menurunnya kepercayaan konsumen dan investor, serta perang di Ukraina. 

Kecemasan utama UNCTAD adalah dengan pesatnya pengetatan kebijakan moneter di negara maju, dikombinasikan dengan melemahnya dukungan multilateral, kondisi lesu saat ini bisa berubah menjadi resesi. 

"Akibatnya, akan terjadi lingkaran setan perekonomian di negara berkembang dengan kerusakan yang bertahan lebih lama ketimbang [masa] krisis keuangan global dan Covid," demikian UNCTAD. 

Laporan tersebut menggarisbawahi tindakan bank sentral Amerika Serikat, Federal Reserve (Fed). Menurut mereka, kenaikan suku bunga tahun ini di AS dapat memangkas sekitar US$360 miliar pendapatan negara-negara berkembang di masa mendatang--kecuali Cina. Dengan begitu, sinyal akan datangnya kesulitan lebih jauh mulai teraba. 

Tahun ini Fed telah menaikkan suku bunga acuannya lima kali, dan langkah terbaru diambil pada September dengan peningkatan 75 basis poin dan membuat levelnya berada pada rentang 3-3,25 persen, demikian warta Crypto Briefing. Sebagai perbandingan, federal funds rate (FFR) pada permulaan tahun hampir 0 persen. 

Tujuan Fed untuk meningkatkan suku bunga acuannya itu, sebagaimana diwartakan banyak media, adalah untuk menangkis inflasi. Pasalnya, laju inflasi pada Agustus mencapai 8,3 persen.
 

Proyeksi ekonomi

UNCTAD memproyeksikan pertumbuhan ekonomi dunia akan melambat 2,5 persen pada 2022 dan masih akan turun menjadi 2,2 persen pada 2023. Perlambatan secara global akan membuat level PDB atau pendapatan domestik bruto berada di bawah tren prapandemi. Dunia akan merasakan kerugian lebih dari US$17 triliun atau nyaris 20 persen dari pendapatan global. 

Tingkat pertumbuhan rata-rata perekonomian negara berlembang diramalkan kurang dari 3 persen. Itu dianggap bakal memperparah keuangan publik dan swasta dan merusak prospek pertumbuhan tenaga kerja. 

Menurut laporan tersebut, dengan 60 persen negara berpendapatan rendah dan 30 persen negara berkembang menanggung derita utang--atau nyaris mengalaminya--kemungkinan terjadi krisis utang dunia jelas besar. 

Situasi di negara berkembang lebih buruk dari yang dikenali oleh negara-negara G20 dan forum-forum internasional lainnya. UNCTAD menjelaskan negara-negara berkembang telah membelanjakan sekitar US$379 miliar cadangan devisanya untuk menjaga mata uangnya tahun ini. 

Related Topics