FINANCE

Memahami Deflasi, Penyebab, dan Dampaknya bagi Perekonomian

Sekilas menguntungkan, tapi deflasi bagai pisau bermata dua.

Memahami Deflasi, Penyebab, dan Dampaknya bagi PerekonomianPedagang melayani pembeli telur di Pasar Mayestik, Kebayoran Baru, Jakarta, Jumat (1/10/2021). ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/aww.
29 November 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Deflasi adalah sebuah keadaan di mana harga barang terus-menerus turun dalam waktu tertentu. Kebalikan dari deflasi adalah inflasi. 

Istilah deflasi mungkin tak asing bagi masyarakat yang sering kali mengikuti perkembangan pemberitaan ekonomi nasional. Lalu, apa itu deflasi dan bagaimana dampaknya?

Dikutip dari laman resmi Otoritas Jasa Keuangan (OJK), dalam OJK Pedia tertera deflasi adalah keadaan yang menunjukkan daya beli uang meningkat dalam masa tertentu karena jumlah uang yang beredar relatif lebih kecil daripada jumlah barang dan jasa yang tersedia (deflation).

Deflasi bagai pisau bermata dua

Secara sederhana, kondisi deflasi adalah saat harga-harga barang dan jasa secara terus menerus turun dalam jangka waktu tertentu. Sekilas situasi ini tampak menguntungkan, sebab harga-harga barang dan jasa jadi lebih terjangkau bagi konsumen. 

Adanya deflasi adalah jalan yang dianggap bisa menghemat pengeluaran lebih besar dibanding sebelumnya. Namun, deflasi bisa jadi pisau bermata dua, yang berarti bisa merugikan atau berdampak negatif. Terutama dalam hal ini produsen barang atau penyedia jasa. 

Deflasi yang terjadi secara tajam atau terus menerus bisa merugikan aktivitas jual beli. Penurunan harga barang dan jasa sering kali membuat produsen atau penyedia jasa mengalami kerugian karena penjualan tak mampu menutup biaya produksi maupun ataupun operasional.

Dampak negatif deflasi

Jika deflasi semakin parah, tak jarang produsen atau penyedia jasa melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) untuk mengurangi beban. Semakin tinggi deflasi, semakin tinggi pula potensi PHK tenaga kerja.

Itu sebabnya, deflasi sering kali dikaitkan dengan kondisi resesi dan terjadi saat kondisi perekonomian melesu. Roda perekonomian yang melambat terjadi karena permintaan atas konsumsi dan investasi yang anjlok.

Situasi deflasi yang berlebihan bisa memicu meningkatnya angka PHK yang secara langsung membuat pengangguran meningkat. Tak hanya itu, deflasi pun berpengaruh pada menurunnya upah minimum. 

Di Indonesia sendiri, salah satu komponen upah minimum adalah angka inflasi. Jika yang terjadi adalah deflasi yang merupakan kebalikan dari inflasi, maka upah minimum yang ditetapkan bisa lebih rendah. 

Situasi ketidakpastian juga mendorong lebih banyak kredit macet di perbankan dan lembaga keuangan. Hal ini diakibatkan karena banyak produsen atau penyedia jasa yang jadi debitur tengah dalam kondisi sulit karena angka penjualannya mengalami penurunan.

Bisa ditebak, efek domino deflasi berimbas pada pendapatan negara, yakni pajak. Meruginya produsen barang dan penyedia jasa, otomatis membuat mereka tak bisa membayar pajak sebagaimana saat kondisi normal.

Related Topics