FINANCE

Cina Pangkas Suku Bunga Kredit Untuk Dukung Sektor Properti

Sektor tersebut sedang terpuruk.

Cina Pangkas Suku Bunga Kredit Untuk Dukung Sektor PropertiBendera Cina. (Pixabay/SW1994)
21 February 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Bank sentral China (PBOC) pada Selasa (20/2) menyatakan bahwa bank-bank di Cina telah memangkas suku bunga dasar kredit (SBDK) lima tahun sebesar 25 basis poin (bps) menjadi 3,95 persen dari 4,2 persen.

Langkah tersebut diharapkan dapat mendukung sektor properti yang sedang lesu, juga menggairahkan perekonomian lebih luas.

Pemangkasan ini menjadi yang pertama sejak Juni 2023, dan penurunan terbesar sejak perubahan SBDK yang dilakukan pada 2019. Padahal, para analis hanya memperkirakan penurunan mencapai 0,1 bps.

"Ini adalah sinyal terbesar. Dengan kata lain, siklus penurunan suku bunga terbesar dalam sejarah telah dimulai," kata analis di E-House China Research and Development Institution, Yan Yuejin, dikutip Reuters, Rabu (21/2).

Pemotongan ini akan berdampak langsung pada sektor real estate dengan menurunkan biaya hipotek.

Banyak juga yang menganggap langkah-langkah tersebut perlu untuk membangun momentum ekonomi setelah pertumbuhan yang tidak merata pada 2023 alih-alih pembatasan ketat Covid-19 di Cina telah berakhir.

Beijing melaporkan pertumbuhan sebesar 5,2 persen untuk 2023, namun Dana Moneter Internasional (IMF) baru-baru ini memperkirakan pertumbuhan Cina akan melambat menjadi 4,6 persen pada 2024.

Langkah penyelamatan untuk sektor properti

Beijing telah meningkatkan upaya untuk menyelamatkan sektor properti yang tengah terpuruk, namun langkah-langkah tersebut dilakukan secara tiba-tiba, sehingga sangat membebani sektor yang menggerakkan seperempat perekonomian dan pasar saham.

Harga rumah baru mengalami penurunan terburuk dalam sembilan tahun pada 2023.

Bank-bank pemerintah telah meningkatkan pinjaman untuk proyek-proyek perumahan di bawah mekanisme “daftar putih” yang bertujuan untuk menyuntikkan likuiditas ke sektor yang terkena krisis.

Sebagian besar analis dan investor sedang menunggu langkah-langkah lebih lanjut untuk meningkatkan konsumsi dan membatasi harga properti. Harapan menjadi semakin tinggi setelah pihak berwenang mengganti ketua regulator pasar tepat sebelum liburan Tahun Baru Imlek.

“Kebanyakan orang tidak membeli rumah karena biaya hipotek terlalu tinggi, mereka khawatir pengembang akan bangkrut dan harga rumah turun,” kata Ben Bennett, ahli strategi investasi Asia-Pasifik di Legal and General Investment Management di Hong Kong.

Pelonggaran lebih lanjut mungkin akan dilakukan. Pemotongan suku bunga deposito baru-baru ini dan pengurangan cadangan bank memberikan ruang bagi bank komersial untuk mengurangi biaya pinjaman guna mendukung perekonomian.

Meskipun suku bunga referensi hipotek baru akan segera berlaku, pemegang hipotek yang ada tidak akan mendapatkan keuntungan dari pengurangan pembayaran pinjaman hingga tahun depan, karena penyesuaian harga suku bunga hipotek dilakukan setiap tahun.

Related Topics