FINANCE

Beda dari Mobil Baru, Kinerja Pembiayaan Mobil Bekas Masih Terkoreksi

Multifinance masih melihat prospek pembiayaan mobil bekas.

Beda dari Mobil Baru, Kinerja Pembiayaan Mobil Bekas Masih TerkoreksiIlustrasi diler mobil. Shutterstock/Mikbiz
25 July 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Industri otomotif dalam negeri mengalami pemulihan kinerja yang tidak seragam. Pasar mobil bekas sepanjang tahun ini masih terkoreksi. Kinerja pembiayaan kendaraan second ini juga kontras dengan mobil baru yang positif.

Statistik Lembaga Pembiayaan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menunjukkan pembiayaan kendaraan bekas sampai Mei 2022 hanya mencapai Rp54,62 triliun, atau turun 2,6 persen ketimbang Rp56,06 triliun pada periode sama tahun sebelumnya (year-on-year/yoy). Sepanjang tahun ini, outstanding kredit mobil bekas juga stagnan pada kisaran Rp54 triliun.

Pembiayaan mobil bekas tahun lalu turun 5,3 persen menjadi Rp54,32 triliun, menurut data sama. Sedangkan, pada 2020, pembiayaan kendaraan second terkoreksi 1,8 persen menjadi Rp57,39 triliun.

Dalam jangka panjang, penjualan mobil bekas pada era sebelum COVID-19 mewabah masih tumbuh. Statistik OJK memperlihatkan outstanding pembiayaan kendaraan bekas meningkat 1,8 persen menjadi Rp58,46 triliun.

Kepada Fortune Indonesia, Ketua Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI), Suwandi Wiratno, menyebut pembiayaan mobil bekas saat ini sebenarnya termasuk tinggi—meski data menunjukkan kondisinya terkoreksi.

Menurutnya, perkembangan pembiayaan mobil bekas saat ini justru terdorong oleh masalah pasokan yang melanda mobil baru. Kondisi kelangkaan suplai mobil baru itu akibat krisis semikonduktor atau chip.

“Pangsa pasar mobil bekas juga banyak satu banding tiga. Setiap satu kali kendaraan baru dibeli ada 3 kendaraan bekas. Artinya bahwa ini akan terus menjadi proses terus menerus karena kebutuhan (konsumen) untuk berganti mobil,” kata Suwandi, Kamis (7/7).

Sementara, pembiayaan mobil baru pada Mei tahun ini mencapai Rp117,14 triliun, atau tumbuh 7,2 persen dalam setahun, menurut data OJK. Sedangkan, pembiayaan segmen kendaraan ini pada 2021 terkoreksi 0,2 persen menjadi Rp112,05 triliun. Krisis pandemi tahun pertama menjadi bukti kinerja mobil baru yang melorot, dengan pembiayaan turun 17,2 persen menjadi Rp112,23 triliun.

Tanggapan multifinance

Suasana GIIAS 2021. Shutterstock/haryanta.p
Suasana GIIAS 2021. Shutterstock/haryanta.p

Direktur Utama Clipan Finance, Harjanto Tjitojardjodjo, menyatakan stok kendaraan mobil bekas sebenarnya terbatas. Menurutnya, situasi tersebut terjadi akibat kondisi pandemi virus corona pada 2020 dan 2021. Kala itu, pabrikan tak banyak memproduksi mobil baru seiring pemberlakuan pembatasan kegiatan dari pemerintah.

Akibatnya, konsumen tak beroleh banyak pilihan jika ingin mencari mobil bekas yang merupakan produksi pada dua tahun tersebut. Di sisi lain, seiring pasokan mobil bekas yang terbatas, harga kendaraan roda empat second di pasaran juga relatif naik.

“Mobil bekas (di portofolio kami) tumbuh tapi tak secepat mobil baru,” kata Harjanto kepada Fortune Indonesia di Jakarta, Kamis (14/7).

Senada, CIMB Niaga Finance (CNAF), menyatakan perusahaan membukukan pertumbuhan portofolio mobil bekas, meski tak setinggi kenaikan mobil baru. Namun, kondisi itu menjadi peluang sebab mobil baru saat ini masih terkena kendala pasokan.

Menurut Presiden Direktur CNAF, Ristiawan Suherman, perseroan menargetkan pembiayaan mobil secara keseluruhan tahun ini akan mencapai Rp7 triliun, atau meningkat dari outstanding Rp5 triliun tahun sebelumnya. Dari jumlah tersebut, proporsi pembiayaan mobil bekas akan lebih tinggi ketimbang mobil baru.  

“Kami sebelumnya menargetkan sebetulnya kondisinya akan berimbang sekitar 50 persen masing-masing mobil baru dan bekas. Tapi melihat kondisi makroekonomi dan global yang ada tantangan dari ketersediaan sparepart dan kemungkinan harga yang meningkat dikarenakan nilai dolar dan nilai inflasi, kemungkinan akan beralih ke mobil bekas,” ujar Ristiawan kepada Fortune Indonesia, Senin (18/7).

Related Topics