FINANCE

Isu Kredit Macet PayLater, Begini Tanggapan Kredivo

Kredivo fokus pada lima strategi bisnis.

Isu Kredit Macet PayLater, Begini Tanggapan KredivoVP Marketing and Communications FinAccel Indina Andamari saat ditemui Fortune Indonesia (20/9).
30 November 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – PT FinAccel Finance Indonesia (Kredivo) menanggapi isu kredit macet layanan keuangan Buy Now Pay Later (BNPL) atau kerap disebut dengan Paylater. Perusahaan penyedia platform digital kredit ini menyatakan berupaya untuk menjaga tingkat kredit macet dalam koridor yang sehat.

“[Kredit macet] ini isu yang baru [ramai] beberapa bulan. Memang konsumen bagaimana pun juga terdampak. Namun, NPL kami masih terjaga ,” kata VP Marketing and Communications Kredivo, Indina Andamari,di kawasan SCBD Jakarta, Rabu (30/11). NPL, singkatan dari non-performing loan, ini merujuk kepada tingkat kredit bermasalah.

Namun, dia tak memerinci lebih lanjut perihal angka NPL tersebut. Yang jelas, menurut Indina, Kredivo berusaha untuk menjaga tingkat kredit macet maksimal pada level 5 persen. “Tapi kalau lagi bagus, kami pernah mencapai 3 persen,” katanya.

Sebelumnya, PT Pefindo Biro Kredit Score mencatat NPL Paylater pada Juli 2022 berada pada level 6,49 persen, atau lebih rendah ketimbang 7,02 persen pada bulan sebelumnya. Sebagai perbandingan, tingkat NPL Paylater tersebut lebih tinggi dari perbankan umum yang mencapai 2,79 persen, menurut data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), pada September.

Berdasarkan catatan Pefindo, layanan Paylater telah memproses 78 juta fasilitas pinjaman dengan total nilai pinjaman Rp3,1 triliun. Dari jumlah fasilitas pinjaman itu, multifinance menyumbang porsi 57,75 persen, dan bank umum konvensional 42,16 persen

“Artinya, ini menunjukkan dalam waktu singkat pertumbuhan BNPL dari sisi fasilitas sudah mengalahkan produk-produk bank ataupun multifinance,” kata Direktur Utama Pefindo Biro Kredit, Yohannes Abimanyu, dalam rilis kepada media, Kamis (29/9).

Menurut Indina, NPL masih terjaga karena perusahaan menerapkan dua strategi. Kredivo, katanya, menjaga metrik risiko dengan menerapkan skor kredit yang akurat. Lalu, perusahaan juga berupaya menyesuaikan tingkat risiko pinjaman, termasuk dengan lebih selektif memberikan pinjaman kepada nasabah.

“Kalau memang perlu diperketat, kami juga akan melakukan pengetatan baik dari sisi approval-nya maupun ketika user melakukan transaksi. Jadi, enggak serta merta demand-nya tinggi, tapi kita mengeluarkan pinjaman terus. Kami juga tidak ingin NPL-nya naik,” ujarnya.

Strategi bisnis Kredivo

Kredivo.
Kredivo. (ShutterStock/farzand01)

Indina juga menyatakan Kredivo optimistis untuk membukukan pertumbuhan penyaluran pinjaman pada 2022 hingga 80 persen dibandingkan dengan tahun lalu, tanpa menyebutkan nominalnya. Pada 2021, perusahaan multifinance itu mengaku sanggup mencetak pertumbuhan kredit 100 persen.

Kredivo memiliki lebih dari 6 juta pengguna yang tersebar di wilayah Indonesia. Dalam 10 bulan terakhir, jumlah pengguna aktif platform pinjaman ini meningkat hampir dua kali lipat.

Perusahahaan tersebut mengaku memiliki wallet share 50 persen pada 8 dari 10 e-commerce. Dari sisi merchant, Kredivo telah terintegrasi dengan total ribuan merchant luring maupun daring pada berbagai sektor seperti gaya hidup, fesyen, pariwisata, hiburan, ponsel pintar, elektronik, hingga perlengkapan rumah tangga.

Mereka telah menetapkan lima strategi untuk mengembangkan bisnis pada masa mendatang. Pertama, Kredivo akan memperluas jangkauan layanan pada kota tier 2 dan 3. Lalu, mereka akan berkonsentrasi untuk melakukan ekspansi jaringan merchant dan perluasan distribusi, tidak hanya online saja, tetapi juga offline.

Pada saat sama, Kredivo akan meluncurkan beragam inovasi produk maupun layanan, termasuk mengembangkan pasar Paylater di Asia Tenggara dengan ekspansi di Vietnam. Belum lagi jika memasukkan upaya perseroan meningkatkan edukasi dan literasi keuangan digital.

Survei Kredivo dan Katadata Insight Center (KIC) pada Maret menunjukkan penggunaan Paylater semakin populer dengan 38 persen konsumen menggunakannya dalam setahun terakhir, atau meningkat ketimbang 28 persen pada tahun sebelumnya. Konsumen memilih PayLater sebagai metode pembayaran karena alasan fleksibilitas pembayaran cicilan (70 persen), syarat pendaftaran mudah (53 persen), aman karena terdaftar dan diawasi oleh OJK (53 persen).

Related Topics