FINANCE

Kredit Investasi Masih Terkontraksi, Dunia Usaha Belum Berani Ekspansi

Kinerja kredit investasi terburuk dibandingkan kredit lain.

Kredit Investasi Masih Terkontraksi, Dunia Usaha Belum Berani EkspansiShutterstock/Kite_rin
07 October 2021
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat pertumbuhan positif penyaluran kredit perbankan pada pertengahan tahun ini setelah lama terkontraksi akibat pandemi Covid-19. Perbaikan juga terjadi pada kredit modal kerja dan konsumsi.

Sementara, kredit investasi masih berada pada teritori negatif.

Kredit investasi merupakan fasilitas kredit bagi pelaku usaha untuk membiayai kebutuhan ekspansi seperti perluasan, pembaruan, maupun pendirian proyek baru. Kredit modal kerja merupakan fasilitas pembiayaan untuk modal usaha. Akan hal kredit konsumsi, fasilitas itu diterima perseorangan atau individu untuk pembiayaan

Berdasarkan data Statistik Perbankan Indonesia OJK, kredit perbankan pada Juli tumbuh 0,5 persen secara tahunan (year-on-year/yoy), sedikit melambat dari kinerja kredit bulan sebelumnya yang bergerak 0,6 persen yoy.

Menurut data OJK, kredit investasi pada periode yang sama masih terkontraksi 1,3 persen secara tahunan. Sebaliknya, kredit modal kerja tumbuh 0,4 persen. Di tataran tertinggi pertumbuhan, kredit konsumsi menjadi juaranya dengan 2,4 persen.

Pertumbuhan minus sektor kredit investasi mengindikasikan keengganan dunia usaha untuk berekspansi. Padahal, pada 2019 sebelum pagebluk melanda, gairah dunia usaha sangat jelas. Salah satu indikatornya, kredit investasi sanggup tumbuh 13,2 persen.

Pertumbuhan kredit investasi pada 2019 juga lebih tinggi dibandingkan kenaikan kredit modal kerja yang hanya 2,5 persen. Sementara kredit konsumsi hanya tumbuh 5,8 persen.

Dunia usaha belum ekspansif meski pandemi melandai

Menurut Senior Faculty Lembaga Pengembangan Perbankan Indonesia (LPPI), Amin Nurdin, kredit investasi memang belum akan tumbuh signifikan meski pandemi relatif terkendali, dan aktivitas ekonomi kembali marak.

“Kredit investasi belum tumbuh karena pertimbangan pengusaha yang belum berani investasi maupun ekspansi sampai keadaan benar-benar sudah kembali normal,” kata Amin kepada Fortune Indonesia, Kamis (7/10). “Namun demikian, kredit investasi mungkin tetap akan tumbuh tahun depan meski tidak akan signifikan seperti kredit konsumtif dan modal kerja.”

Dalam hematnya, kredit konsumsi disinyalir menjadi tumpuan pertumbuhan kredit secara umum sejalan dengan perekonomian yang mulai menggeliat.

Kontribusi terbesar terhadap perekonomian atau produk domestik bruto (PDB) juga dari konsumsi domestik. Jadi, menurut Amin, wajar jika segmen kredit ini tumbuh lebih baik dibandingkan segmen lain.

Pertumbuhan kredit modal kerja, lanjut Amin, diperkirakan terjadi karena dunia usaha kembali menghasilkan barang konsumsi. Sebab, kredit jenis ini digunakan untuk membiayai kebutuhan operasional bisnis.

“Akhirnya secara umum untuk kredit konsumsi dan modal kerja akan terus tumbuh sampai dengan akhir tahun 2021 dan terus berlanjut sampai Juni 2022. Setelah periode itu, akan ada kenaikan signifikan dari dua jenis kredit tersebut,” katanya.

Proyeksi kinerja kredit 2021

Secara umum kinerja kredit tahun ini akan kembali tumbuh, namun hanya pada kisaran 3 persen. Menurutnya, tipisnya penyaluran kredit ini akibat faktor pertumbuhan ekonomi serta pergerakan bisnis yang masih terganjal pembatasan mobilitas.

“Kredit akan kembali tumbuh normal menurut saya pada Juni 2022,” katanya. “Itu pun belum akan kembali ke angka 2019 tapi sudah lebih baik.”

Menurut data OJK, kredit bank pada 2019 meningkat 6,1 persen, sedangkan kredit perbankan pada 2020 terkontraksi 2,4 persen.

Bank Indonesia pernah memperkirakan kredit perbankan tahun ini bakal tumbuh 4-6 persen. Menurut Gubenur BI, Perry Warjiyo, pertumbuhan itu akan didorong oleh membaiknya permintaan kredit dari dunia usaha sejalan dengan peningkatan mobilitas, penurunan suku bunga kredit baru, dan pelonggaran standar penyaluran kredit perbankan.

OJK sempat memprediksi kredit akan tumbuh 5 sampai 7 persen, lebih tinggi dari perkiraan BI. Ketua Dewan Komisioner OJK, Wimboh Santoso, mengatakan pertumbuhan kredit masih terbatas karena kebijakan PPKM Darurat pada kuartal III-2021. Sebelumnya, OJK memperkirakan kredit tahun ini tumbuh sekitar 7 persen.

Related Topics