FINANCE

Peringatan IMF: Negara Berkembang Harus Siap Hadapi Tapering The Fed

Dampak tapering ke negara berkembang dengan kondisi khusus.

Peringatan IMF: Negara Berkembang Harus Siap Hadapi Tapering The FedShutterstock/Bumble Dee
11 January 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE – Dana Moneter Internasional (IMF) memperingatkan negara berkembang mengenai kemungkinan dampak kebijakan pengetatan moneter (tapering off) oleh bank sentral Amerika Serikat (The Fed). 

Ekspektasi terhadap inflasi AS yang cepat serta berlanjut dapat memicu The Fed mengambil langkah agresif untuk menyesuaikan suku bunga. Pada gilirannya, hal itu dapat mengguncang pasar keuangan dan memperketat kondisi keuangan dunia.

Pada skenario seperti itu, IMF memandang negara-negara rentan dapat merasakan dampak terparah. Sebab, posisi utang publik dan swastanya tinggi, menghadapi eksposur terhadap valuta asing, dan neraca transaksinya berjalan rendah.

“Kombinasi dari pertumbuhan yang lebih lambat dan kerentanan yang meningkat dapat menciptakan putaran umpan balik yang merugikan bagi (negara dengan) ekonomi seperti itu,” demikian pernyataan IMF.

Tapering bisa berlangsung selama empat kali

The Fed sesungguhnya sudah memulai langkah tapering off dengan mengakhiri sejumlah program stimulus, seperti pembelian obligasi, dan akan berlanjut pada Maret tahun ini. Lembaga itu juga menyebut bakal menaikkan suku bunga pada akhir 2022.

Menurut warta Reuters, Selasa (11/1), sejumlah bank di AS juga memprediksi tapering, khususnya suku bunga. Goldman Sachs, misalnya, memproyeksikan The Fed bakal menaikkan suku bunga sebanyak empat kali tahun ini, yakni pada Maret, Juni, September, dan Desember. Lalu, memulai proses pengurangan ukuran neraca pada Juli.

Sementara itu, JP Morgan memperkirakan kenaikan suku bunga pertama sejak pandemi mulai Maret dari Juni, dan ada potensi kenaikan setiap kuartal tahun ini.

"Kami percaya pejabat Fed sampai pada kesimpulan yang sama, bahwa pasar tenaga kerja sangat ketat sehingga sulit untuk menunda kenaikan pertama hingga Juni," kata kepala ekonom JP Morgan, Michael Feroli, dalam sebuah catatan.

Persiapan pemerintah Indonesia

Presiden Joko Widodo sempat menyinggung berbagai tantangan ekonomi tahun ini, termasuk tapering off. Selain hal tersebut, isu lainnya yakni penyebaran varian COVID-19 Omicron serta potensi kenaikan inflasi dalam negeri.

“Saya kira tantangan inilah yang akan kita hadapi, dan saya meyakini dengan semangat, kerja keras bersama, tantangan-tantangan itu akan kita lalui dengan baik,” katanya, Senin (3/1), seperti dikutip dari Antara.

Menteri Keuangan, Sri Mulyani Indrawati, mengatakan Indonesia relatif berdaya tahan dalam menghadapi tapering off The Fed ketimbang negara lain. Pernyataannya ini berdasarkan peta negara yang mulai terdampak kebijakan uang ketat AS dari majalah The Economist .

“Namun ini tidak berarti kita akan kehilangan kewaspadaan karena situasi akan sangat volatile, yang berasal dari penyesuaikan kebijakan negara-negara maju sebagai akibat tekanan yang sangat tinggi dari inflasi,” ujarnya, Selasa (21/12), juga dilansir dari Antara.

Menurut Sri Mulyani, kondisi Indonesia belum terdampak kebijakan The Fed dengan mengacu pada indikator-indikator yang dikaji seperti neraca pembayaran, cadangan devisa, utang pemerintah, utang luar negeri, dan inflasi.  

Related Topics