Akselerasi Pertumbuhan Ekonomi, Bank Mandiri Fokus 3 Lini Bisnis
Bank Mandiri bidik pertumbuhan kredit 7%.
Jakarta, FORTUNE– PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (Bank Mandiri) terus mengoptimalkan pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan, salah satunya dengan melakukan penajaman strategi. Di mana strategi ini sejalan dengan prospek pertumbuhan ekonomi di Indonesia yang mulai menunjukkan kinerja positif, tercermin dari pertumbuhan ekonomi pada kuartal II 2021 sebesar 7,07%.
Direktur Utama Bank Mandiri Darmawan Junaidi menegaskan, terdapat tiga lini fokus dalam penajaman bisnis perseroan. Pertama, integrasi bisnis wholesale dan ritel dengan memaksimalkan potensi value chain pada ekosistem nasabah wholesale.
“Lewat strategi ini, Bank Mandiri optimis kredit secara bank only mampu tumbuh 6%-7% YoY pada akhir tahun 2021, tentunya dengan tetap memprioritaskan pertumbuhan secara berkualitas," kata Darmawan melalui keterangan resminya di Jakarta, (31/8).
Strategi kedua lanjut Darmawan, mengoptimalkan potensi bisnis dan sektor unggulan di wilayah serta penyaluran kredit dilakukan secara prudent kepada targeted customer dengan mempertimbangkan sektor yang masih potensial dan pemulihannya lebih cepat sehingga menghasilkan kualitas kredit yang cukup baik.
Sementara itu pada strategi ketiga, Bank Mandiri akan mengakselerasi digital dengan mengembangkan solusi digital, perbaikan proses, modernisasi channel, serta peningkatan kapabilitas core banking.
Realisasi penyaluran KUR
Komitmen strategi tersebut salah satunya diwujudkan lewat penyaluran Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan program andalan pemerintah untuk menyediakan akses pelaku UMKM pada pembiayaan. Bank Mandiri sendiri telah menyalurkan KUR sebesar Rp 19,68 triliun pada akhir paruh pertama tahun ini atau 63,5% dari target 2021. Angka tersebut disalurkan kepada lebih dari 200 ribu debitur UMKM dengan kualitas yang terjaga baik.
Dari sisi pertumbuhan bisnis, Bank Mandiri mencetak pertumbuhan kredit konsolidasi sebesar 16,4% secara year on year (YoY) menjadi Rp 1.014,3 triliun. Pertumbuhan ini ditopang oleh segmen wholesale banking yang tercatat tumbuh 7,13% YoY menjadi Rp 534,2 triliun per akhir kuartal II 2021. Sementara pembiayaan ke segmen UMKM tercatat naik 20,1% YoY menjadi Rp 98,3 triliun hingga kuartal II 2021. Pertumbuhan tersebut juga diimbangi dengan kualitas kredit yang cukup terjaga dengan rasio NPL gross sebesar 3,08% turun 21bps YoY.
Aktif dalam pemulihan ekonomi
Selain menjaga momentum pemulihan ekonomi, Darmawan mengungkapkan, pihaknya juga turut aktif berperan sebagai Agent of Developtment dengan melaksanakan Program Pemerintah berupa Bantuan Sosial (Bansos) secara nasional melalui pemanfaatan agen Bank Mandiri untuk meneruskan bantuan tersebut kepada keluarga penerima manfaat (KPM).
Total Bansos sebesar Rp 6,61 triliun telah disalurkan Bank Mandiri kepada 5,9 juta KPM hingga Juni 2021, baik melalui Program Keluarga Harapan (PKH) maupun program Sembako dengan melibatkan lebih dari 149 ribu agen Bank Mandiri.
Pada program restrukturisasi kredit terdampak pandemi, Bank Mandiri telah memberikan persetujuan restrukturisasi debitur terdampak pandemi yaitu kepada lebih dari 548 ribu debitur dengan nilai persetujuan sebesar Rp 126,5 triliun.
Dari nilai tersebut, hingga Juni 2021, total baki debet restrukturisasi Covid-19 sebesar Rp 96,5 Triliun, dan 62% dari total debitur restrukturisasi merupakan pelaku usaha UMKM.
Kinerja masih positif
Dari sisi penghimpunan dana pihak ketiga (DPK), DPK Bank Mandiri secara konsolidasi hingga kuartal II 2021 tumbuh 19,73% YoY menjadi Rp 1.169,2 triliun, dengan komposisi dana murah sebesar 68,49%. Pertumbuhan dana murah terutama di dorong oleh pertumbuhan giro (bank only) sebesar 40,9% YoY di triwulan II 2021.
Keberhasilan Bank Mandiri dalam menjaga tren pertumbuhan dana murah ini juga ikut menekan biaya dana atau cost of fund (CoF) Bank Mandiri secara YtD (bank only) menjadi 1,71% turun dari level 2,53% pada akhir tahun lalu.
Solidnya kinerja finansial Bank Mandiri pada akhir triwulan II-2021 juga terlihat pada pencapaian laba bersih perseroan yang tumbuh 21,45 % menjadi Rp12,5 triliun, yang terutama disokong oleh pertumbuhan pendapatan bunga bersih sebesar 21,50% menjadi Rp 35,16 triliun, serta pertumbuhan pendapatan berbasis jasa (fee based income) sebesar 17,27 % menjadi Rp15,94 triliun.