FINANCE

Cegah Pembobolan Rekening Bank, Nasabah Diminta Jaga Data Pribadi

Ini data yang perlu dijaga untuk hindari fraud.

Cegah Pembobolan Rekening Bank, Nasabah Diminta Jaga Data Pribadiilustrasi cyber crime (pixabay.com/geralt)
20 March 2023
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Perlindungan data pribadi saat ini masih menjadi isu menarik untuk terus diperhatikan oleh masyarakat. Apalagi, sejumlah kasus peretasan data atau cyber crime masih banyak terjadi, dan menimpa sejumlah lembaga besar di Indonesia, termasuk salah satunya lembaga perbankan. 

Direktur Eksekutif Segara Research Institute Piter Abdullah menilai, literasi masyarakat Indonesia yang masih rendah sebagai salah satu faktor utama penyebab masih tingginya kebocoran data nasabah. Hal ini tentu harus menjadi perhatian khusus bagi regulator. 

"Kalau dilihat lebih jauh memang disebabkan oleh ketidakpahaman, literasi keuangan yang rendah, serta kurang sadar risiko bahwa mereka bisa kehilangan dana mereka kalau tidak hati-hati menjaga data mereka sendiri. Untuk mengatasi hal ini memang yang harus terus ditingkatkan adalah edukasi untuk meningkatkan literasi dan sadar risiko," ujar Piter dalam pernyataannya dikutip di Jakarta, Senin (20/3). 

Di sisi lain, dirinya juga mengingatkan kepada masyarakat agar lebih bijak dan berhati-hati dalam menggunakan media sosial untuk tidak menyebarkan data pribadi. 
 

Ini data yang perlu dijaga untuk hindari fraud

Ilustrasi kebijakan perlindungan privasi data. Shutterstock/Rawpixel.com
Ilustrasi kebijakan perlindungan privasi data. Shutterstock/Rawpixel.com

Secara prinsip semua kegiatan perbankan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) dan Bank Indonesia (BI). Dengan demikian setiap kegiatan layanan perbankan sudah pasti dilakukan secara hati-hati. Namun begitu, pembobolan data nasabah masih saja terjadi. Banyak faktor yang menjadi pemicu, baik dari sistem perbankannya maupun dari nasabah. 

Pengamat Perbankan Paul Sutaryono menambahkan, peran OJK sangat dibutuhkan dalam mendorong literasi, edukasi hingga sosialisasi kepada masyarakat Indonesia terkait dengan kerahasiaan data. 

"Data itu bisa berupa ATM, buku tabungan, nomor rekening, nomor KTP, nama ibu kandung. Itu semua amat bermanfaat untuk mencegah potensi risiko fraud yang bisa merugikan bank dan nasabah," tegasnya. 

Dengan demikian, tingkat melek keuangan (financial literacy) masyarakat akan semakin tinggi. Upaya tersebut akan dapat menekan potensi risiko kasus-kasus keuangan seperti perbankan dan lembaga keuangan lainnya yang rentan terhadap pembobolan data. 

Namun demikian, hal ini kembali kepada para nasabah itu sendiri. Para nasabah harus mengerti betul risiko-risiko yang terjadi jika lengah dalam menggunakan layanan perbankan.

Tak hanya itu, bila mengalami kendala, masyarakat diminta untuk mengadukan secara pribadi ke bank tanpa mengumbar ke sosial media. Sebab, hal itu bisa memicu ketidakpercayaan masyarakat terhadap perbankan. Sehingga dikhawatirkan bisa memicu terjadinya rush bank seperti yang terjadi di negara-negara luar yang belakangan tengah menjadi sorotan dunia. 

BTN buka suara terkait keluhan nasabah

Ilustrasi Bank

Related Topics