FINANCE

BI Agresif Naikkan Bunga Acuan, Bankir & Ekonom: Langkah Strategis

Bunga naik, bank harus cermati kondisi DPK.

BI Agresif Naikkan Bunga Acuan, Bankir & Ekonom: Langkah StrategisIlustrasi Bank Indonesia/ Shutterstock Harismoyo
21 October 2022
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) kembali naik sebesar 50 basis poin (bps) menjadi 4,75 persen pada periode Oktober 2022. Langkah bank sentral terbilang agresif, sebab sebelumnya BI telah menaikan bunga acuan dua kali pada periode Agustus 2022 sebesar 25 basis bps dan September 2022 sebesar 50 bps. 

Keputusan tersebut diambil oleh bank sentral sebagai langkah front loaded, pre-emptive, dan forward looking untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting). 

Menanggapi hal tersebut, Presiden Direktur BCA Jahja Setiaatmadja mengatakan, keputusan tersebut sudah sesuai dengan ekspetasi pasar. Jahja menyebut, agresifnya BI merupakan strategi untuk mengimbangi suku bunga The Fed dan menjaga stabilitas nilai tukar rupiah. Meski BI telah menaikan bunga acuan cukup agresif, namun Jahja menilai likuiditas pasar masih sangat cukup. 

"Saya kira memang kalau secara likuiditas, kalau kita monitor di market ini masih cukup liquid sebenarnya untuk penyediaan rupiah. Transaksi antar bank juga masih normal," kata Jahja saat konferensi video Paparan Kinerja BCA di Jakarta, Kamis (20/10).

Langkah BI agresif, taktis dan antisipatif

Ilustrasi Bank Indonesia dalam Uang/Shutterstock E.S Nugraha

Sementara itu, Ekonom dan Co-Founder & Dewan Pakar Institute of Social, Economic and Digital (ISED) Ryan Kiryanto menyebut, kebijakan BI cukup agresif, taktis namun tetap antisipatif. 

Dirinya menilai kebijakan BI sudah tepat untuk menurunkan ekspektasi inflasi yang saat ini terlalu tinggi (overshooting) berkisar 6 hingga 7 persen pasca kenaikan harga BBM yang lalu. 

"Melemahnya Rupiah yang cukup tajam akhir-akhir ini memang anomali karena sejatinya fundamental ekonomi Indonesia relatif lebih baik dibandingkan AS, tetapi karena faktor sentimen global," kata Ryan kepada Fortune Indonesia, Jumat (21/10).

Meski demikian, dirinya menyebut ekonomi domestik tetap cukup kuat karena konsumsi rumah tangga yang tumbuh stabil di atas 5 persen (yoy) dalam tiga kuartal 2022 ini.

Bunga naik, bank harus cermati kondisi DPK

Paparan Kinerja 2021 BCA (TANGKAPAN LAYAR)

Related Topics