Bunga Acuan Agresif Naik, Bunga Kredit Baru Naik 0,21%
BI: terima kasih bank untuk tidak terburu-buru naikan bunga.
Jakarta, FORTUNE – Suku bunga acuan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) tercatat telah naik sebesar 225 basis poin (bps) atau sekitar 2,25 persen sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023. Namun demikian, BI mencatat suku bunga kredit perbankan baru naik 21 bps atau sekitar 0,21 persen.
“Suku bunga kredit di Desember 2022 tercatat 9,15 persen atau meningkat 0,21 persen dibandingkan dengan level Juli 2022. Kenaikan suku bunga perbankan yang terbatas tersebut dipengaruhi oleh masih longgarnya likuiditas perbankan,” kata Gubernur BI Perry Warjiyo melalui konferensi video di Jakarta, Kamis (19/1).
BI: Terima kasih bank untuk tidak terburu-buru naikan bunga
Perry menambahkan, bank sentral akan terus mendorong perbankan untuk membentuk suku bunga kredit yang efisien, akomodatif, dan kompetitif yang dapat mendukung pemulihan ekonomi. Dalam kesempatan tersebut, Perry juga mengungkapkan terima kasih kepada bank yang tidak naikan bunga kredit terlalu cepat.
“Makasih nih ke bankir yang tidak naikan bunga kredit. Kalau data kami naik 0,21 persen wajar. Kami hitung masih memadai (likuiditasnya),” ungkap Perry.
Selain itu, BI juga mencatat pertumbuhan kredit perbankan pada Desember 2022 mencapai 11,35 persen (yoy). Level tersebut lebih tinggi dibandingkan dengan pertumbuhan tahun sebelumnya sebesar 5,24 persen (yoy).
Bunga deposito naik 1,08 persen, likuiditas memadai
Sementara itu, untuk bunga simpanan deposito di perbankan tercatat juga mengalami kenaikan lebih tinggi dari bunga kredit. BI mencatat, suku bunga deposito 1 bulan pada Desember 2022 tercatat 3,97 persen atau meningkat 108 bps dibandingkan dengan level Juli 2022. Meski demikian, Perry yakin likuiditas perbankan masih tetap memadai di awal tahun 2023 ini.
“Likuiditas bank kami jamin berlebih,” ungkap Perry.
Ia menyatakan, likuiditas perbankan pada Desember 2022 tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 9,01 persen (yoy). Ia juga mengungkapkan, berdasarkan hasil simulasi stress test BI menunjukkan bahwa ketahanan perbankan masih terjaga.
“Bank Indonesia akan terus memperkuat sinergi dengan KSSK dalam memitigasi berbagai risiko makroekonomi domestik dan global yang dapat mengganggu ketahanan sistem keuangan,” pungkas Perry.