HSBC GPB Proyeksikan Ekonomi Global Melambat jadi 1,9% di 2023
Inflasi global diprediksi moderat di 6,6%.
17 January 2023
Jakarta, FORTUNE - HSBC Global Private Banking (HSBC GPB) memproyeksikan pertumbuhan PDB global akan melambat menjadi 1,9 persen pada tahun 2023 dari 3,0 persen pada tahun 2022.
Namun demikian, dengan latar belakang penurunan ekonomi global yang serempak, ekonomi Asia di luar Jepang diyakini lebih menonjol.
Chief Investment Officer for Asia, Global Private Banking dan Wealth HSBC,Fan Cheuk Wan menjelaskan, hal itu didorong oleh pembukaan kembali ekonomi di Tiongkok dan Hong Kong serta pertumbuhan yang solid di kawasan ASEAN.
"Kami melihat titik terang pada prospek pasar Asia untuk tahun 2023 karena suku bunga AS yang memuncak, USD yang lebih lemah, dan prospek pemulihan China yang lebih baik," kata Fan ketika ditemui Fortune Indonesia di wilayah SCBD Jakarta, Selasa (17/1).
Inflasi global diprediksi moderat di 6,6%
Sementara itu untuk level inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) global juga diprediksi akan moderat menjadi 6,6 persen pada tahun 2023 dari 8,4 persen pada tahun 2022. Hal ini sebagai akibat dari pengetatan bank sentral yang agresif selama setahun terakhir.
"Melihat ke tahun 2023, perubahan titik penting bagi pasar adalah akhir dari siklus pengetatan Fed yang akan datang. Inflasi IHK AS telah meleset jauh dan Fed telah memperlambat laju kenaikan suku bunga menjadi 50 bps pada bulan Desember," kata Fan.
Untuk di Indonesia tercatat inflasi IHK mencapai 5,5 persen secara tahunan secara year on year (yoy). Badan Pusat Statistik (BPS) menilai, sejumlah faktor yang mendorong inflasi dalam negeri ialah kenaikan harga BBM.
The Fed diperkirakan naik 50 bps di Febuari 2022
Pihaknya juga memproyeksikan adanya kenaikan suku bunga The Fed sebesar 50 bps pada Februari 2023 sebelum The Fed menghentikan pengetatan di akhir tahun 2023.
"Mengingat layanan inflasi inti yang masih tinggi, kami perkirakan The Fed akan mempertahankan suku bunga tertinggi di 4,87 persen sepanjang tahun 2023," kata Fan.
Pihaknya juga memproyeksikan siklus pertumbuhan ekonomi masih akan tertinggal dari sikus suku bunga. Dengan itu, pihaknya lebih condong merekomendasikan investor untuk antisipasi mengambil risiko suku bunga daripada risiko dalam portofolio.
Related Topics
Related Articles