Jakarta, FORTUNE - Suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) telah naik 2,25 persen sejak Agustus 2022 hingga Januari 2023 menjadi 5,75 persen. Namun demikian, perbankan seakan hati-hati untuk menaikan bunga kredit atau deposito.
Menanggapi hal tersebut, Direktur Utama BTPN Henoch Munandar mengungkapkan, ada sejumlah faktor mengapa bank belum menaikan bunga, salah satunya kondisi likuiditas.
"Tergantung likuiditas dan segmen. Karena itu kita juga transmisikan secara hati-hati," kata Henoch ketika ditemui di Jakarta, Rabu (25/1).
Seperti diketahui, BI mencatatkan likuiditas perbankan pada Desember 2022 tetap terjaga didukung oleh pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 9,01 persen (yoy).
Jaga jumlah market share dan nasabah
Selain itu perbankan juga terus memantau kondisi pasar. Menurutnya, bila bank terlalu cepat menaikan bunga kredit dikhawatirlan bisa kehilangan market share atau nasabah.
"Transmisi bank beda beda yang ditransmisikan ke nasabahnya bank harus perhatikan. Faktor seperti kehilangan nasabah (bisa terjadi). Kalau merasa terlalu mahal likuiditas," katanya.
Meski demikian, Ia menyebut likuditias di BTPN masih sangat kuat dan stabil. Hal tersebut juga mendukung kinerja dari perseroan ke depan.
Jaga kualitas kredit
Alasan terakhir bank belum menaikan suku bunga ialah untuk menjaga kualitas kredit agar terhindar dari kredit macet. Seperti diketahui, bila bunga kredit melambung tinggi maka masyarakat bakal terbebani dalam hal pembayaran cicilan.
"BTPN ini lebih fokus pada kualitas kredit di bank dibandingkan dengan suku bunga. Hal ini untuk jangka waktu transmisi disesuaikan dengan komposisi dana dari masing-masing bank," katanya.
Seperti diketahui, bunga kredit industri perbankan tercatat baru naik 21 bps atau sekitar 0,21 persen hingga Desember 2022. Sementara itu untuk suku bunga deposito 1 bulan pada Desember 2022 tercatat 3,97 persen atau meningkat 108 bps dibandingkan dengan level Juli 2022.