FINANCE

OJK Proyeksikan Kredit Tumbuh 11% di 2024, Ini Pendorongnya

Porsi kredit Bank BUMN capai 45%.

OJK Proyeksikan Kredit Tumbuh 11% di 2024, Ini PendorongnyaKawasan SCBD Senayan/Shutterstock N Rudianto
20 February 2024
Follow Fortune Indonesia untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News

Jakarta, FORTUNE - Otoritas Jasa Keuangan (OJK) memproyeksikan penyaluran Kredit dan pembiayaan industri jasa keuangan akan tetap tinggi pada tahun 2024 di tengah ketidakpastian ekonomi global.

Hal itu disampaikan Ketua Dewan Komisioner OJK, Mahendra Siregar dalam Pertemuan Tahunan Industri Jasa Keuangan (PTIJK) 2024, di Jakarta, Senin (20/2). Ia menyatakan, kredit perbankan diproyeksikan dapat tumbuh maksimal 11 persen, didukung pertumbuhan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 6 hingga 8 persen. 

“Mencermati berbagai tantangan dan peluang yang dihadapi, serta kebijakan-kebijakan yang akan diambil, OJK optimis tren positif kinerja sektor keuangan akan berlanjut,” kata Mahendra.

Ia menjelaskan, di tengah potensi perlambatan pertumbuhan ekonomi global, industri perbankan Indonesia hingga akhir 2023 tercatat tetap resilien dan berdaya saing didukung oleh tingkat profitabilitas ROA sebesar 2,74 persen dan NIM sebesar 4,81 persen.
 

Porsi kredit Bank BUMN capai 45%

Kementerian BUMN.
Kementerian BUMN. (Shutterstock/Wulandari)

Dari sisi kinerja intermediasi, Kepala Eksekutif Pengawas Perbankan OJK, Dian Ediana Rae menyebut penyaluran kredit tumbuh double digit sebesar 10,38 persen pada Desember 2023 menjadi Rp7.090 triliun.  Pertumbuhan tersebut utamanya didorong kredit investasi yang tumbuh sebesar 12,26 persen (yoy) dan kredit modal kerja yang tumbuh sebesar 10,05 persen (yoy). 

“Sementara ditinjau dari kepemilikan bank, Bank BUMN menjadi pendorong utama pertumbuhan kredit yaitu tumbuh sebesar 12,02 persen (yoy), dengan porsi kredit sebesar 45,64 persen dari total kredit perbankan,” jelas Dian.

Sementara itu, Dana Pihak Ketiga (DPK) pada Desember 2023 tercatat tumbuh tipis 3,73 persen (yoy) menjadi Rp8.458 triliun, dengan giro menjadi kontributor pertumbuhan terbesar yaitu 4,57 persen (yoy).

Seiring pertumbuhan perekonomian nasional, jumlah kredit restrukturisasi Covid-19 melanjutkan tren penurunan menjadi sebesar Rp265,78 triliun atau turun Rp19,53 triliun. Dari nilai tersebut, jumlah nasabah yang masih dalam restrukturisasi tercatat sebanyak 1,04 juta nasabah.

Related Topics